Kamis, 14 Oktober 2010

Al-quran dan Wahyu

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Al-qur’anulkarim adalah mukjizat Islam yang abadi. Kemajuan ilmu itu tidak akan bertambah kecuali dengan meresapkan Al-qur’an ini ke dalam jiwa. Al-qur’an ini adalah mukjizat yang tidak ada taranya yang diturunkan kepada Rasul kita Muhammad SAW untuk mengeluarkan umat manusia ini dari kegelapan kepada terang-benderang, dan menuju kepada jalan yang lurus. Rasulullah menyeru orang untuk beribadah kepada Allah, memberi khabar gembira dan peringatan.

“ Mereka Kami utus selaku Rasul-rasul pemberi berita gembira dan pemberi peringatan, agar supaya tidak ada alas an bagaimana membantah Allah sesudah diutusnya Rasul-rasul itu” . ( Q.S.4 : 165 )

Bersamaan dengan wahyu maka fitrah inilah yang meninggikan derajat dan gaya berfikirnya seseorang, cocok dengan apa yang sesuai dalam memecahkan kesulitan pada waktu itu, yaitu pada waktu Rasul-rasul itu menyampaikan wahyu kepada kaumnya. Sehingga apa yang dicita-citakan itu akan lebih mudah mendapatkannya dengan Al-qur’an sebagi pedoman bagi umat manusia di dunia.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Turunnya Al-Qur’an dan Wahyu

Allah SWT menurunkan Al-Qur'an dengan perantaraan Malaikat Jibril sebagai pengentar wahyu yang disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW di gua hiro pada tanggal 17 ramadhan ketika Nabi Muhammad berusia / berumur 41 tahun yaitu surat al alaq ayat 1 sampai ayat 5. Sedangkan terakhir alqu'an turun yakni pada tanggal 9 zulhijjah tahun 10 hijriah yakni surah almaidah ayat 3.

Alquran turun tidak secara sekaligus, namun sedikit demi sedikit baik beberapa ayat, langsung satu surat, potongan ayat, dan sebagainya. Turunnya ayat dan surat disesuaikan dengan kejadian yang ada atau sesuai dengan keperluan. Selain itu dengan turun sedikit demi sedikit, Nabi Muhammad SAW akan lebih mudah menghafal serta meneguhkan hati orang yang menerimanya. Lama al-quran diturunkan ke bumi adalah kurang lebih sekitar 22 tahun 2 bulan dan 22 hari.

Sedangkan wahyu turun ketika Allah menunjukkan bahwa nabi Nuh adalah nabi yang pertama diutus oleh Allah atau nabi pertama yang kaumnya mendapat siksaan, sehingga dengan demikian tidak menyalahi nabi Adam sebagai nabi pertama. Sedangkan korelasi ayat ini dengan pembahasan tentang wahyu, adalah menjelaskan bahwa turunnya wahyu kepada nabi Muhammad tidak berbeda dengan cara turunnya wahyu kepada nabi – nabi sebelumnya. Seperti cara turunnya wahyu pertama kali kepada para nabi adalah dengan mimpi, sebagaimana diriwayatkan oleh Abu Nu’aim dalam kitab Dalail dengan sanad hasan dari Alqamah bin Qais, teman Ibnu Mas’ud, dia berkata, “Sesungguhnya wahyu yang pertama turun kepada para nabi adalah dengan cara mimpi sehingga hati mereka menjadi tenang, setelah itu Allah menurunkan wahyu kepada mereka dalam keadaan sadar.”

  1. Pengertian Al-Qur’an Dan Nama-nama Al-Qur’an

Secara Bahasa (Etimologi)

Ditinjau dari segi kebahasaan, Al-Qur’an berasal dari bahasa Arab yang berarti "bacaan" atau "sesuatu yang dibaca berulang-ulang". Kata Al-Qur’an adalah bentuk kata benda (masdar) dari kata kerja qara'a yang artinya membaca. Konsep pemakaian kata ini dapat juga dijumpai pada salah satu surat Al-Qur'an sendiri yakni pada ayat 17 dan 18 Surah Al-Qiyamah yang artinya:

“Sesungguhnya mengumpulkan Al-Qur’an (di dalam dadamu) dan (menetapkan) bacaannya (pada lidahmu) itu adalah tanggungan Kami. (Karena itu,) jika Kami telah membacakannya, hendaklah kamu ikuti {amalkan} bacaannya”. (1)

Secara Syari’at (Terminologi)

Al-qur’an adalah Kalam Allah ta’ala yang diturunkan kepada Rasul dan penutup para Nabi-Nya, Muhammad shallallaahu ‘alaihi wasallam, diawali dengan surat al-Fatihah dan diakhiri dengan surat an-Naas.

Al-Quran adalah firman atau wahyu yang berasal dari Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW dengan perantara melalui malaikat jibril sebagai pedoman serta petunjuk seluruh umat manusia semua masa, bangsa dan lokasi. Alquran adalah kitab yang diawali dengan surat al-Fatihah dan diakhiri dengan surat an-Naas.Dan Allah SWT menurunkan Al-qur’an setelah kitab taurat, zabur dan injil yang diturunkan melalui para rasul dan membaca Al-qur’an adalah ibadah.

Dr. Subhi Al Salih mendefinisikan Al-Qur'an sebagai berikut:“Kalam Allah SWT yang merupakan mukjizat yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW dan ditulis di mushaf serta diriwayatkan dengan mutawatir, membacanya termasuk ibadah”.

(1) Mana’ul Quthan, Pembahasan Ilmu Al-Qur’an 1, 1998, Jakarta : PT.Rineka Cipta, Hal : 11.

Adapun Muhammad Ali ash-Shabuni mendefinisikan Al-Qur'an sebagai berikut:"Al-Qur'an adalah firman Allah yang tiada tandingannya, diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW penutup para Nabi dan Rasul, dengan perantaraan Malaikat Jibril a.s. dan ditulis pada mushaf-mushaf yang kemudian disampaikan kepada kita secara mutawatir, serta membaca dan mempelajarinya merupakan ibadah, yang dimulai dengan surat Al-Fatihah dan ditutup dengan surat An-Nas"

Allah ta’ala berfirman, “Sesungguhnya Kami telah menurunkan al-Qur’an kepadamu (hai Muhammad) dengan beransur-ansur.” (al-Insaan:23)

Allah ta’ala telah menjaga al-Qur’an yang agung ini dari upaya merubah, menambah, mengurangi atau pun menggantikannya. Dia ta’ala telah menjamin akan menjaganya sebagaimana dalam firman-Nya, “Sesunggunya Kami-lah yang menurunkan al-Qur’an dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.” (al-Hijr:9)

Oleh kerana itu, selama berabad-abad telah berlangsung namun tidak satu pun musuh-musuh Allah yang berupaya untuk merubah isinya, menambah, mengurangi atau pun menggantinya. Allah SWT pasti menghancurkan tabirnya dan membuka tipudayanya.

Allah ta’ala menyebut al-Qur’an dengan sebutan yang banyak sekali, yang menunjukkan keagungan, keberkatan, pengaruhnya dan keuniversalannya serta menunjukkan bahwa ia adalah pemutus bagi kitab-kitab terdahulu sebelumnya.

Nama-nama Lain Dari Al-Qur’an :

  • Al-Kitab (buku)

Kitab (Al-Qur'an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa (QS. Al-Baqarah [2]:2)

  • Al-Furqan (pembeda benar salah) (2)

Maha suci Allah yang telah menurunkan Al-Furqaan (Al-Qur'an) kepada hamba-Nya, agar dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam. (QS. Al Furqaan [25]:1)




(2) Mana’ul Quthan, Pembahasan Ilmu Al-Qur’an 1, 1998, Jakarta : PT.Rineka Cipta, Hal :13

  • Adz-Dzikr (pemberi peringatan)

Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Adz-Dzikr (Al-Qur'an), dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya. (QS. Al Hijr [15]:9)

  • Al-Mau'idhah (pelajaran/nasehat)

Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman. (QS. Yunus [10]:57)

  • Asy-Syifa' (obat/penyembuh)

Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman. (QS. Yunus [10]:57)

  • Al-Hukm (peraturan/hukum)

Dan demikianlah, Kami telah menurunkan Al-Qur'an itu sebagai peraturan (yang benar) dalam bahasa Arab. Dan seandainya kamu mengikuti hawa nafsu mereka setelah datang pengetahuan kepadamu, maka sekali-kali tidak ada pelindung dan pemelihara bagimu terhadap (siksa) Allah. (QS. Ar Ra'd [13]:37)

  • Al-Hikmah (kebijaksanaan)

Itulah sebagian hikmah yang diwahyukan Tuhanmu kepadamu. Dan janganlah kamu mengadakan tuhan yang lain di samping Allah, yang menyebabkan kamu dilemparkan ke dalam neraka dalam keadaan tercela lagi dijauhkan (dari rahmat Allah). (QS. Al Israa' [17]:39)

  • Al-Huda (petunjuk)

Dan sesungguhnya kami tatkala mendengar petunjuk (Al-Qur'an), kami beriman kepadanya. Barangsiapa beriman kepada Tuhannya, maka ia tidak takut akan pengurangan pahala dan tidak (takut pula) akan penambahan dosa dan kesalahan. (QS. Al Jin [72]:13)

  • At-Tanzil (yang diturunkan)(3)

Dan sesungguhnya Al Quran ini benar-benar diturunkan oleh Tuhan semesta alam, QS. Asy Syu’araa’ [26]:192)

  • Ar-Rahmat (karunia)

Dan sesungguhnya Al Qur'an itu benar-benar menjadi petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman. (QS. An Naml [27]:77)




(3) Dr.Shubhi As-Shalih, Mahahidts file ‘Ulumil Qur’an.

  • Ar-Ruh (ruh)

Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu ruh (Al-Qur'an) dengan perintah Kami. Sebelumnya kamu tidaklah mengetahui apakah Al Kitab (Al-Qur'an) dan tidak pula mengetahui apakah iman itu, tetapi Kami menjadikan Al-Qur'an itu cahaya, yang Kami tunjuki dengan dia siapa yang kami kehendaki di antara hamba-hamba Kami. Dan sesungguhnya kamu benar-benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus. (QS. Asy Syuura [42]:52)

  • Al-Bayan (penerang)

(Al-Qur'an) ini adalah penerangan bagi seluruh manusia, dan petunjuk serta pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa. (QS. Ali Imran [3]:138)

  • Al-Kalam (ucapan/firman)

Dan jika seorang diantara orang-orang musyrikin itu meminta perlindungan kepadamu, maka lindungilah ia supaya ia sempat mendengar firman Allah, kemudian antarkanlah ia ketempat yang aman baginya. Demikian itu disebabkan mereka kaum yang tidak mengetahui. (QS. At Taubah [9]:6)

  • Al-Busyra (kabar gembira)(4)

Katakanlah: "Ruhul Qudus (Jibril) menurunkan Al-Qur'an itu dari Tuhanmu dengan benar, untuk meneguhkan (hati) orang-orang yang telah beriman, dan menjadi petunjuk serta kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)". (QS. An Nahl [16]:102)

  • An-Nur (cahaya)

Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu bukti kebenaran dari Tuhanmu. (Muhammad dengan mukjizatnya) dan telah Kami turunkan kepadamu cahaya yang terang benderang. (Al-Qur'an). (QS. An Nisaa' [4]:174)

  • Al-Basha'ir (pedoman)

Al-Qur'an ini adalah pedoman bagi manusia, petunjuk dan rahmat bagi kaum yang meyakini. (QS. Al Jaatsiyah [45]:20)

  • Al-Balagh (penyampaian/kabar)

(Al-Qur'an) ini adalah kabar yang sempurna bagi manusia, dan supaya mereka diberi peringatan dengan-Nya, dan supaya mereka mengetahui bahwasanya Dia adalah Tuhan Yang Maha Esa dan agar orang-orang yang berakal mengambil pelajaran. (QS. Ibrahim [14]:52)

  • Al-Qaul (perkataan/ucapan)

Dan sesungguhnya telah Kami turunkan berturut-turut perkataan ini (Al-Qur'an) kepada mereka agar mereka mendapat pelajaran. (QS. Al Qashash [28]:51)

(4) www.wikipedia.co.id

2. Garis Besar Kandungan Al-Qur’an

Al-quran sebagai kitab suci umat islam merupakan kumpulan firman allah (kalam allah)yang diwahyukan kepada nabi muhammad saw yang mengandung petunjuk-petunjuk bagi umat islam.dan diantara tujuan diturunkanya al-quran adalah untuk menjadi pedoman bagi manusia dalam mencapai kebahagiaan hidup,baik dunia maupun diakhirat kelak.Dr.M.Quraish Shihab,dalam wawasan Al-quran menyebutkan secara lebih rinci tentang tujuan diturunkanya AL-quran menjadi delapan ,diantaranya adalah:

1. Untuk membersihkan dan menyucikan jiwa dari segala bentuk syirik serta memantapkan keyakinan tentang ke-Esaan yang sempurna bagi tuhan semesta alam.

2. untuk mengajarkan kemanusiaan yang adil dan beradab,yakni bahwa umat manusia merupakan umat yang seharusnya dapat bekerja sama dalam pengabdian kepada allah swt dan pelaksanaan tugas kekhalifahan

3. untuk menciptakan persatuan dan kesatuan,bukan saja antar suku atau bangsa,tetapi kesatuan alam semesta,kesatuan kehidupan di dunia dan akhirat,natural dan supranatural,kesatuan ilmu,iman,dan rasio,kesatuan kebenaran,kesatuan kepribadian manusia,kesatuan kemerdekaandan determinasi kesatuan social, politik ,dan ekonomi,dan kesemuanya berada dibwah keEsaan allah swt

4. untuk mengajak manusia berpikir dan bekerja sama dalam bidang kehidupan bermasyarakat dan bernegara melalui musyawarah dan mufakat yang dipimpin hikmah kebijaksanaan.

5. untuk membasmi kemiskinan material dan spiritual,kebodohan,penyakit penderitaan hidup,serta pemerasan manusia atas manusia dalam bidang social ,elonomi ,politik dan juga agama.

6. untuk memadukan kebenaran dan keadilan dengan rahmat dan kasih sayang,dengan menjadikan keadilan social sebagai landasan pokok kehidupan masyarakat manusia.

7. untuk memberikan jalan tengah antara falsafah monopoli kapitalisme dengan falsafah kolektif komunisme,menciptakan ummatan wasathan yang menyeru kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran.

8. untuk menekankan peranan ilmu dan tekhnologi ,guna menciptakan suatu peradaban yang sejalam drngan jati diri manusia dengan panduan Nur Ilahi.(5)

(5) Muhammad Nor Ichwan, Memasuki Dunia Al-Qur’an, 2001, Semarang : Lubuk Raya, Hal : 48-50.

Al-Quran diturunkan tidak hanya untuk umat tertentu ,melainkan untuk seluruh umat manusia dan berlaku sepanjang massa.hal ini sebagai mana firman allah swt dalam Q.S.Saba’/34:28

“Dan kami tidak mengutus engkau (hai Muhammad)melainkan kepada umat manusiaseluruhnya sebagai pengemban berita baik dan juru ingat kepada sekalian manusia akan tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui”(Q.S.Saba’/34:28)

Ayat ini menunjukan bahwa tidak suatu masyarakatpun yang dikecualikan ajaran islam yang disampaikan nabi Muhammad saw.Allah telah menetapkan bahwa risalah ketuhanan ditutup dengan kerasulan Muhammad .allah swt juga menetapkan risalah Muhammad itu bersifat universal ,artinya ditujukan bagi seluruh umat manusia dan berbagai bangsa dan bahasa,kepada kaum yang masih keadaan primitive,maupun keadaan kaum yang telah mencapai peradaban dan kebudayaan yang tinggi bagi seorang pertapa ,orang tidak begitu mengindahkan harta,maupun bafi seoarang usahawan,orang yang kaya maupun yang miskin ,yang pandai maupun yang bodoh,yang meliputi segala lapangan kegiatan manusia ,baik yang hidup semasa denganya ,maupun yang datang kemudian sampai hari kiamat.

Al quran secara pribadi telah memberikan informasi yang sangat jelas mengenai isi /kandunganya,tentang pengetahuan dan pelajaran pelajaran yng sangat luas yang terkandung didalamnya.hal ini dapat dijumpai dalam dua tempat,yaitu dalam Q.S al kahfi /18;109,dan dalam Q.S.Luqman/31;27,allah swt berfirman:

‘katakanlah:sehingga lautan menjadi tinta untuk menuliskan firman tuhanku,akan habislah lautan sebelum firman tuhanku habis ditulis;sekalipun kami berikan tambahanya sebanyak itu pula’(al kahfi/18:109).’dan seandainya pohon-pohon dibumi menjadi pena dan lautan menjadi tinta,ditambahkan sesudahnya tujuh lautan lagi ,niscaya kalam allah tidak akan habis-habisnya”(luqman/31:27)

  1. Pengertian Wahyu Dan Macam-macam Wahyu

Dikatakan wahaitu ilaihi atau auhaitu bila kita berbicara kepada seseorang agar tidak diketahui orang lain. Wahyu adalah isyarat yang cepat. Itu terjadi melalui pembicaraan berupa rumus dan lambang, dan terkadang melalui suara semata, dan terkadang pula melalui isyarat dengan anggota badan. (6)




(6) Manna Khalil al-Qatan, Studi ilmu-ilmu Qur’an, 2002, Jakarta : Litera Antar Nusa, Hal : 35

Wahyu secara masdar (al-wahy) adalah tersembunyi dan cepat, jadi wahyu adalah penberitahuan secara tersembunyi dan cepat dan khusus di tujukan kepada orang yang di beri tahu tanpa diketahui orang lain.

Secara isim maf’ul(al-muha) wahyu berarti “yang di wahyukan”.

Pengertian wahyu dalam arti bahasa meliputi:

1. Ilham sebagai bawaan dasar manusia, seperti wahyu terhadap ibu Nabi Musa dalam surah al-Qasash ayat 7 yang artinya “Dan kami ilhamkan kepada ibu Musa, susuilah dia…”.

2. Ilham yang berupa naluri pada binatang, seperti pada lebah. Dengan arti Qur’an Surah an-nahl ayat 68:“Dan Tuhanmu telah mewahyukan kepada lebah, buatlah sarang di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan di rumah-rumah yang di dirikan manusia”.

3. Isyarat yang cepat melalui rumus dan kode, seperti isyarat pada Zakaria dalam al-Qur’an yang artinya:”maka keluarlah dia dari Mihrab, lalu memberi isyarat kepada mereka, hendaklah kamu bertasbih di waktu pagi dan petang”(Maryam:11).

4. Bisikan dan tipu daya setan untuk menjadikan yang buruk kelihatan indah dalam diri manusia. Ini pada syurah al-An’am ayat 112 yang artinya:”dan demikianlah kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu syaitan-syaitan dari jenis manusia dan dari jenis jin, sebagian mereka membisikkan kepada sebagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk manusia”.

5. Segala sesuatu yang disampaikan Allah kepada para malaikat-Nya berupa suatu perintah untuk dikerjakan. Sebagaimana pada terjemahan Qur’an surah al-Anfan ayat 12; “Ingatlah ketika Tuhanmu mewahyukan kepada para malaikat, sesungguhnya Aku bersama kamu, maka teguhkanlah pendirian orang-orang yang beriman”.

Wahyu Allah kepada para nabi-Nya secara syara’ berarti kalam Allah yang di turunkan kepada seorang nabi. Definisi ini menggunakan pengertian maf’ul(al-muha), yaitu “yang diwahyukan”.

Menurut ustadz Muhammad Abduh, wahyu adalah pengetahuan yang didapati seseorang dari dalam dirinya dengan disertai keyakinan pengetahuan itu dating dari Allah, baik dengan melalui perantara maupun tidak, wahyu ini bisa melalui suara yang terjelma dalam telinga ataupun tanpa suara. (7)


(7) Manna Khalil al-Qatan, Studi ilmu-ilmu Qur’an, 2002, Jakarta : Litera Antar Nusa, Hal :36-38

Menilik kenyataan-kenyataan yang berlaku atas sunah atau kebiasaan Allah dalam menurunkan wahyu atau ilham-Nya, ilham atau wahyu itu terdiri atas beberapa jenis:

1. Wahyu syar’i, yaitu wahyu syariat yang diturunkan kepada para nabi yang mengemban amanat syari’at atau hukum;
2. Wahyu ghair-syar’i, wahyu bukan-syariat, yang diberiklan kepada hamba-hamba pilihan-Nya untuk memberi kepada mereka ketentraman batin atau memperteguh iman semata berupa perbuatan-perbuatan atau kabar gaib mengenai masa depan dirinya, keluarganya, dan bahkan kaumnya sebagai ciri yang menandakan adanya hubungan dengan dan menunjukkan kebesaran Tuhan.

Di dalam kategori yang disebut terakhir ini termasuk ilham yang diturunkan kepada para aulia, wujud-wujud suci lainnya, bahkan orang kebanyakan bila Allah menghendaki, bahkan kepada binatang sekalipun. Sifat dan bentuk wahyu-wahyu itu adalah menurut kadar yang sesuai dengan martabatnya masing-masing.
Kata dibawa untuk merenungkan pula ayat suci Al-qur’an yang berbunyi sebagai berikut:


“Dan Tuhan engkau telah mewahyukan kepada lebah, ‘Buatlah rumah-rumah di bukit-bukit, dan pohon-pohon dan para kisi-kisi yang mereka buat!”’ (An-Nahl: 68). (8)

Kata “mewahyukan kepada” di dalam ayat ini berarti bahwa Tuhan member atau menanamkan instink-instink atau pembawaan-pembawaan alami atau naluri-naluri kepada lebah pada khususnya dan semua makhluk pada umumnya. Diisyaratkan oleh ayat ini bahwa mekanisme seluruh alam semesta bekerja dengan mulus dan lancar berkat wahyu atau ilham, baik yang nyata maupun yang tidak nyata. Dengan perkataan lain, segala makhluk – baik yang bernyawa maupun tidak bernyawa—memenuhi tujuan keberadaannya menurut naluri-naluri dan kemampuan-kemampuan serta pembawaan aslinya. Lebah dipilih di dalam ayat ini dan dikemukakan sebagai contoh, betapa binatang ini hidup berorganisasi dan bekerja amat menakjubkan sekali dalam masyarakatnya.

(8) Al-qur’an surah An-Nahl ayat: 68

Allah Ta’ala memerintahkan kepada lebah, atau mengaktifkan naluri lebah:

“Kemudian makanlah dari segala macam buah-buahan dan tempuhlah jalan dari perut mereka minuman (madu) yang warna-warni. Di dalamnya mengandung banyak daya penyembuh bagi manusia. Sesungguhnya dalam yang demikian itu ada tanda bagi orang-orang yang mau merenungkan.” (An-Nahl: 69)

Tuhan mengilhamkan atau menganugerahi kemampuan menghimpun, mengisap makanan dari berbagai macam buah dan bunga. Kemudian dengan bekerjanya alat yang terdapat di dalam tubuhnya dan dengan cara yang diwahyukan kepadanya oleh Tuhan, ia mengubah makanan yang sudah dihimpunnya itu menjadi madu. Madu itu mempunyai bermacam-macam warna dan rasa, akan tetapi semua corak dan jenis madu berbeda-beda dan amat berguna sekali bagi manusia.

4. Perbedaan Wahyu, Ilham Dan Ta’lim

Ø Perbedaan wahyu dengan Ilham

Kata sebagian ulama “Ilham” itu ialah menuangkan suatu pengetahuan kedalam jiwa yang meminta supaya dikerjakan oleh yang menerimanya dengan tidak dahulu dilakukan ijtihad dan menyelidiki hujjah-hujjah agama, yang terkadang diperoleh dengan jalan kasyad dan terkadang diperoleh dengan tidak memakai perantara malaikat. Adapun “Wahyu” diperoleh dengan dengan perantara malaikat.

Perbedaan yang diterangkan tadi menurut kami pendapat yang kurang tepat, karena dapat ditemukan bantahan dan perbedaan yang dimaksud itu menghendaki, bahwa yang dinamai wahyu tertentu dengan memakai perantara, padahal wahyu itu ada juga yang tidak memakai perantara, maka yang lebih baik untuk menerangkan perbedaan antara wahyu dengan ilham sebagai berikut:

Ilham itu suatu perasaan halus yang diyakini jiwa dan terdorong untuk memenuhinya, dengan tidak merasakan dari mana datangnya. (9) Dia lebih mirip terhadap perasaan lapar, haus, gundag dan senang. Adapun wahyu adalah suatu irfan yang diperoleh manusia pada jiwanya dengan menyakini bahwa yang demikian itu dari Allah. Baik dengan perantara maupun tidak

.

(9) Dr. shubhi tidak menyetujui petunjuk ini, baca : Al- Mahabits . hal.26

Dan dikehendaki dengan ilham, memberi pelajaran atau mengajar, sebagai yang dimaksud oleh ayat yang artinya

“maka mengilhamkan kepadanya (mengajarkan kepadanya) jalan-jalan kecurangannya dan jalur-jalur ketaqwaannya (QS. Asy-Syam :8)”

Tuhan memberi pelajaran itu kadangkalanya dengan menciptakan ilmu-ilmu yang diperlukan sekali pada diri manusia dan adakalanya menegakkan dalil-dalil yang dibawa oleh Nabi atau ditegakkan akal.

Ø Perbedaan ilham dengan Ta’lim

Ta’lim (memberi pelajaran) berdasarkan kepada pengetahuan dan penyelidikan, ilham tidak disandarkan dan tidak pula bersandar kepada pengetahuan yang hasil dari menyelami dalil-dalil agama adalah gurisa-gurisa hati yang dicptakan Allah dalam jiwa orang yang berakal lalu ia sadar dan memahamkan maksud dengan secepat mungkin. Karena itulah orang yang dapat mengetahui dengan sempurna apa yang tidak dilihat mata disebut mulham. Oleh karena itu ditafsirkan wahyu kepada lebah dengan ilham bukan dengan ta’lim (memberi pelajaran). (10)


(10) Teungku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Sejarah & Pengantar Ilmu Al-qur’an dan Tafsir, Semarang : PT. Pustaka Rizki Putra, Hal : 18

BAB III

PENUTUP

A.Manfaat Al-Qur’an dan Wahyu

1. Memberi petunjuk lengkap disertai hukumnya untuk kesejahteraan manusia segala zaman, tempat dan bangsa.
2. Susunan ayat yang mengagumkan dan mempengaruhi jiwa pendengarnya.
3. Dapat digunakan sebagai dasar pedoman kehidupan manusia.
4. Menghilangkan ketidak bebasan berfikir yang melemahkan daya upaya dan kreatifitas manusia (memutus rantai taqlid).
5. Memberi penjelasan ilmu pengetahuan untuk merangsang perkembangannya.
6. Memuliakan akal sebagai dasar memahami urusan manusia dan hukum-hukumnya.
7. Menghilangkan perbedaan antar manusia dari sisi kelas dan fisik serta membedakan manusia hanya dasi takwanya kepada Allah SWT.

B. SARAN

1.Sebagai mahasiswa kita harus selalu membaca Al-qur’an dan mengamalkan ajaran-ajaran yang ada didalamnya.

2.Menjaga dan merawat Al-qur’an sebagai iman kita kepada kitab suci Allah SWT.

3.Menjadikan Al-qur’an sebagai tuntunan hidup dalam kehidupan kita.

DAFTAR PUSTAKA

Al-qur’an surah An-Nahl ayat: 68

Dr.Shubhi As-Shalih, Mahabits file ‘Ulumil Qur’an

Mana’ul Quthan, Pembahasan Ilmu Al-Qur’an 1, 1998, Jakarta : PT.Rineka Cipta.

Manna Khalil al-Qathan, Studi ilmu-ilmu Qur’an, 2002, Jakarta : Litera Antar Nusa.

Muhammad Nor Ichwan, Memasuki Dunia Al-Qur’an, 2001, Semarang : Lubuk Raya.

Teungku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Sejarah & Pengantar Ilmu Al-qur’an dan Tafsir, Semarang : PT. Pustaka Rizki Putra.

www.wikipedia.co.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar