Kamis, 29 April 2010

Tenun Ikat Troso, Karya leluhur yang Ditinggalkan

Tenun Ikat Troso, Karya leluhur yang Ditinggalkan

TENUN TROSO JEPARA
Sejarah Singkat Tenun Ikat Troso Jepara
Desa Troso Kecamatan Pecangaan Kabupaten Jepara adalah merupakan sentra kerajinan Tenun Ikat dan merupakan produk unggulan Kabupaten Jepara setelah industri mebel. Desa ini terletak sekitar 15 Km arah Tenggara Kota Jepara. Banyaknya pengerajin yang berkebang saat ini mennjadikan Troso semakin dikenal luas sebagai clastre home industry kain ATBM ( alat tenun bukan mesin ). Sesuai dengan perkembangan pasar, permintaan terhadap produk Tenun Ikat Troso pun semakin berkembang mengikuti permintaan konsumen. Motif khas yang bernuansa etnis, tradisional, klasik, dan unik pun masih dipertahankan disamping motif kontemporer modern. Produk yang dihasilkan antara lain Kain Sutra, Sajadah, Bed Cover, Blangket, Sarung, Kain, Mersis (bahan Baju dan Rok), Place met, Taplak Meja dan produk-produk menarik lainnya. Perkembangan industri tenun ini telah mencapai 238 unit usaha dan meyerap tenaga keja sebanyak 4.210 orang pada tahun 2005 dengan nilai investasi lebih dari Rp. 1 Milyar. Produksi hingga saat ini telah mencapai sekitar Rp. 54,5 Milyar.
Industri tenun ini menghabiskan bahan baku sekitar 1.326 ton per tahun dengan nilai bahan baku sekitar Rp. 65,2 Milyar. Bahan baku yang sering dipakai antara lain katun, viskos, sutra alam, serat nanas, rayon,pewarna, rafia. Permasalahan saat ini adalah terbatasnya ketersediaan bahan baku terutama sutra alam. Keterampilan membuat Tenun Ikat sudah dimiliki oleh warga Desa Troso sejak tahun 1935, jauh sebelum kemerdekaan RI. Bermula dari alat Tenun Gedog warisan turun-temurun kemudian sekitar tahun 1943 mulai berkembang alat Tenun Pancal dan kemudian pada tahun 1946 beralih menjadi Alat Tenun Bukan Mesin (ATMB) hingga sekarang. Setelah Tenun Troso berkembang serta menjanjikan prospek yang cerah bagi para pengerajin dan pengusaha, Tenun kemudian bukan hanya menjadi monopoli masyarakat Desa Troso, tetapi juga mulai merambah desa sekitarnya, yaitu Desa Sowan Lor dan Desa Pecangaan Kulon, sehingga produksi bahan sandang ini semakin meningkat. Apalagi masuknya inovasi baru berupa desain-desain baru dari perancang mode yang mudah diserap oleh para pengrajin,membuat Tenun Troso melejit mengungguli tenun ikat daerah lain. Namun sebelum sampai kondisi seperti sekarang ini, dalam setiap kesempatan para pengusaha Tenun Troso senantiasa diajak dan didorong untuk mengikuti berbagai macam pameran, baik yang dilakukan didalam maupu diluar negeri. Setelah serangkaian pameran yang disertai upaya peningkatan kualitas sesuai dengan permintaan pasar, industri ini semakin dikenal, bukan saja didalam negeri tetapi telah mulai menyibak pintu pasar internasional. Memang untuk merambah pasar internasional ini para pengusha masih mengandalkan pintu pasar Bali, dan beberapa Kota seperti Jogjakarta, Jakarta,Solo dan Pekalongan. Bahkan sebagian desar produk Tenun Ikat Bali yang diekpor adalah buah tangan masyarakat Desa Troso. Pasar ekspor yang sudah ditembus adalah Amerika,Jepang, Eropa, Singapura, dan Afrika malalui pihak ketiga. Disamping itu peningkatan teknologi produksi dan finishing Tenun Ikat juga terus dilakukan, dengan disertai pemantapan program Bapak angkat dan kemitraan melalui peran serta Koperasi Kerajinan Industri Rakyat (KOPINRA) yang tergabung dalam kelompok Perajin Sentra Tenun Ikat Desa Troso Kecamatan Pecangaan, Jepara. Angin segar dari Gubernur Jawa Tengah dan Bupati Jepara melalui pemakaian Seragam hasil produksi lokal bagi PNS dilingkungan Pemerintah Kabupaten Jepara dan Propinsi Jawa Tengah Setiap hari Kamis dan Sabtu juga turut membawa para pengusaha Tenun Troso ini meraih kesuksesan.(M.safrudin)
Proses Pembuatan
Seperti dijelaskan oleh Wawan Kurniawan (25), salah satu perajin, dari benang hingga menjadi lembaran kain sedikitnya diperlukan empat proses pengerjaan. Proses dimulai dari menter atau mewarnai. Dalam proses ini, benang diwarnai sesuai keinginan untuk kemudian dijemur. Berikutnya, proses spul atau benang digulung kecil. Proses ketiga, benang dicucuk atau dipasang ke alat tenun bukan mesin. Proses yang terakhir adalah penenunan.
Walaupun bersifat industri rumah tangga, kain tenun troso tersebut telah membawa harum nama Indonesia hingga ke penjuru dunia. Tenun troso dikenal di Australia, Jepang, Kanada, hingga Amerika. Menurut Norhoda (38), salah seorang perajin, pada saat krisis ekonomi global memukul sektor kerajinan tidak terkecuali mebel jepara, para perajin kain tenun troso malahan tidak terpengaruh. Konsumen di luar negeri tetap banyak yang mencari tenun troso akibat penurunan stok di negaranya karena banyak produsen yang tutup terkena dampak krisis.

Poppy Darsono Mengangkat tenun Ikat Troso

Poppy Dharsono, desainer senior kenamaan tingkat nasional merancang desain pakaian yang terinspirasi dari pada motif kain tenun ikat dari daerah Jepara dengan tema Passion of Kartini. Di tingkat nasional, banyak yang belum tahu kalau kota kelahiran Kartini ini tidak hanya terkenal dengan ukiran kayunya yang sangat indah, tapi juga menyimpan keindahan lain dalam lembaran-lembaran kain tenun ikat yang tak kalah menawan. Desa Troso merupakan bagian dari wilayah Kabupaten Jepara yang menjadi sentra penghasil tenun ikat.
Jika Anda ingin Memiliki Kain / Busana Tenun Ikat Troso Asli Jepara, Kami akan membantu Anda. Segera Pesan
Hubungi : Ristiono
CP : 08564 123 99 31
Transfer Bank BNI : 0179657994
Alamat : Jl. karangrejo No.133 Jatingaleh Semarang (Bimbel Rumah Rumus Sakti Dipo Solution)
Sejarah Singkat Tenun Troso Jepara

M. Safrudin
Desa Troso Kecamatan Pecangaan Kaupaten Jepara adalah merupakan sentra kerajinan Tenun Ikat dan merupakan produk unggulan Kabupaten Jepara setelah industri mebel. Desa ini terletak sekitar 15 Km arah Tenggara Kota Jepara.
Banyaknya pengerajin yang berkebang saat ini mennjadikan Troso semakin dikenal luas sebagai clastre home industry kain ATBM ( alat tenun bujkan mesin ). Sesuai dengan perkembangan pasar, permintaan terhadap produk Tenun Ikat Troso pun semakin berkembang mengikuti permintaan konsumen. Motif khas yang bernuansa etnis, tradisional, klasik, dan unik pun masih dipertahankan disamping motif kontemporer modern. Produk yang dihasilkan antara lain Kain Sutra, Sajadah, Bed Cover, Blangket, Sarung, Kain, Mersis (bahan Baju dan Rok), Place met, Taplak Meja dan produk-produk menarik lainnya.
Perkembangan industri tenun ini telah mencapai 238 unit usaha dan meyerap tenaga keja sebanyak 4.210 orang pada tahun 2005 dengan nilai investasi lebih dari Rp. 1 Milyar. Produksi hingga saat ini telah mencapai sekitar Rp. 54,5 Milyar.
Industri tenun ini menghabiskan bahan baku sekitar 1.326 ton per tahun dengan nilai bahan baku sekitar Rp. 65,2 Milyar. Bahan baku yang sering dipakai antara lain katun, viskos, sutra alam, serat nanas, rayon,pewarna, rafia. Permasalahan saat ini adalah terbatasnya ketersediaan bahan baku terutama sutra alam. Keterampilan membuat Tenun Ikat sudah dimiliki oleh warga Desa Troso sejak tahun 1935, jauh sebelum kemerdekaan RI. Bermula dari alat Tenun Gedog warisan turun-temurun kemudian sekitar tahun 1943 mulai berkembang alat Tenun Pancal dan kemudian pada tahun 1946 beralih menjadi Alat Tenun Bukan Mesin (ATMB) hingga sekarang. Setelah Tenun Troso berkembang serta menjanjikan prospek yang cerah bagi para pengerajin dan pengusaha, Tenun kemudian bukan hanya menjadi monopoli masyarakat Desa Troso, tetapi juga mulai merambah desa sekitarnya, yaitu Desa Sowan Lor dan Desa Pecangaan Kulon, sehingga produksi bahan sandang ini semakin meningkat. Apalagi masuknya inovasi baru berupa desain-desain baru dari perancang mode yang mudah diserap oleh para pengrajin,membuat Tenun Troso melejit
mengungguli tenun ikat daerah lain. Namun sebelum sampai kondisi seperti sekarang ini, dalam setiap kesempatan para pengusaha Tenun Troso senantiasa diajak dan didorong untuk mengikuti berbagai macam pameran, baik yang dilakukan didalam maupu diluar negeri. Setelah serangkaian pameran yang disertai upaya peningkatan kualitas sesuai dengan permintaan pasar, industri ini semakin dikenal, bukan saja didalam negeri tetapi telah mulai menyibak pintu pasar internasional. Memang untuk merambah pasar internasional ini para pengusha masih mengandalkan pintu pasar Bali, dan beberapa Kota seperti Jogjakarta, Jakarta,Solo dan Pekalongan. Bahkan sebagian desar produk Tenun Ikat Bali yang diekpor adalah buah tangan masyarakat Desa Troso. Pasar ekspor yang sudah ditembus adalah Amerika,Jepang, Eropa, Singapura, dan Afrika malalui pihak ketiga. Disamping itu peningkatan teknologi produksi dan
finishing Tenun Ikat juga terus dilakukan, dengan disertai pemantapan program Bapak angkat dan kemitraan melalui peran serta Koperasi Kerajinan Industri Rakyat (KOPINRA) yang tergabung dalam kelompok Perajin Sentra Tenun Ikat Desa Troso Kecamatan Pecangaan, Jepara. Angin segar dari Gubernur Jawa Tengah dan Bupati Jepara melalui pemakaian Seragam hasil produksi lokal bagi PNS dilingkungan Penerintah Kabupaten Jepara dan Propinsi Jawa Tengah Setiap hari Kamis dan Sabtu juga turut membawa para pengusaha Tenun Troso ini meraih kesuksesan.(saf)

Tafsir Ibnu Katsir Surah Al Baqarah ayat 30

Tafsir Ibnu Katsir Surah Al Baqarah ayat 30



وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلاَئِكَةِ إِنِّي جَاعِلٌ فِي الأَرْضِ خَلِيفَةً قَالُواْ أَتَجْعَلُ فِيهَا مَن يُفْسِدُ فِيهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاء وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ قَالَ إِنِّي أَعْلَمُ مَا لاَ تَعْلَمُونَ

Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui."
o
Tafsir
Allah Ta'ala memberitahukan ihwal pemberian karunia kepada Bani Adam dan penghormatan kepada mereka dengan membicarakan mereka di al-Mala'ul A'la, sebelum mereka diadakan. Maka Allah berfirman,
"Dan ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat."
Maksudnya, hai Muhammad, ceritakanlah hal itu kepada kaummu.
"Sesungguhnya Aku hendak menjadikan khalifah di bumi."
Yakni, suatu kaum yang akan menggantikan satu sama lain, kurun demi kurun, dan generasi demi generasi, sebagaimana Allah Ta'ala berfirman, "Dialah yang menjadikankamu sebagai khalifah-khalifah di bumi." (Faathir ayat 39)

Itulah penafsiran khalifah yang benar, bukan pendapat orang yang mengatakan bahwa Adam merupakan khalifah Allah di bumi dengan berdalihkan firman Allah, "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan khalifah di bumi."

Abdur Razaq, dari Muammar, dan dari Qatadah berkata berkaitan dengan firman Allah,
"Mengapa Engkau hendak menjadikan di bumi orang yang akan membuat kerusakan padanya."
Seolah-olah Allah memberitahukan kepada para malaikat bahwa apabila di bumi ada makhluk, maka mereka akan membuat kerusakan dan menumpahkan darah di sana. Perkataan malaikat ini bukanlah sebagai bantahan kepada Allah sebagaimana diduga orang, karena malaikat disifati Allah sebagai maklilulc yang tidak dapat menanyakan apa pun yang tidak diizinkan-Nya.

Ibnu Juraij berkata baliwa sesungguhnya para malaikat itu berkata menurut apa yang telah diberitahukan Allah kepadanya ihwal keadaan penciptaan Adam. Maka malaikat berkata, "Mengapa Engkau hendak menjadikan di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya?" Ibnu Jarir berkata, "Sebagian ulama mengatakan, 'Sesungguhnya malaikat mengatakan hal seperti itu, karena Allah mengizinkan mereka untuk bertanya ihwal hal itu setelah diberitahukan kepada mereka baliwa khalifah itu terdiri atas keturunan Adam. Mereka berkata, "Mengapa Engkau hendak menjadikan orang yang akan membuat kerusakan padanya?" Sesungguhnya mereka bermaksud mengatakan bahwa di antara keturunan Adam itu ada yang melakukan kerusakan. Pertanyaan itu bersifat meminta informasi dan mencari tahu ihwal hikmah. Maka Allah berfirman sebagai jawaban atas mereka, "Allah berkata,
"Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui"
yakni Aku mengetahui kemaslahatan yang baik dalam penciptaan spesies yang suka melakukan kerusakan seperti yang kamu sebutkan, dan kemaslahatan itu tidak kamu ketahui, karena Aku akan menjadikan diantara mereka para nabi, rasul, orang-orang saleh, dan para wali. Insya Allah, saya akan mengemukaan pendapat Ibnu Mas'ud, Ibnu Abbas dan beberapa sahabat dan tabi'in tentang hikmah yang terkandung dalam firman Allah,"Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui."
Diperoleh dari "http://superpedia.rumahilmuindonesia.net/wiki/Tafsir_Ibnu_Katsir_Surah_Al_Baqarah_ayat_30"
Kategori: Al Quran Al Karim | Tafsir Al Quran | Al Baqarah | Tafsir Ibnu Katsir


Di dalam ayat-ayat sebelumnya Allah berbicara tentang nikmat-nikmat materi-‎Nya yang tak terhitung jumlahnya bagi para penghuni bumi. Sedangkan ayat ‎ini menjelaskan posisi dan kedudukan maknawi manusia, yang membuatnya ‎pantas menerima segala nikmat itu. Setelah menciptakan manusia, Allah swt ‎menyodorkan permasalahan ini kepada para Malaikat, yaitu bahwa Adam ‎memiliki kelayakan dan kepantasan sedemikian besar, sehingga Allah telah ‎menetapkannya sebagai wakil-Nya di bumi, dan mencapai pangkat ‎khalifatullah. ‎‎
Akan tetapi para Malaikat menyatakan kekhawatiran mereka dan mengatakan ‎bahwa bagaimana mungkin seseorang yang keturunannya bakal membuat ‎kerusakan dan pertumpahan darah diangkat sebagai khalifatullah di bumi?‎
Para Malaikat berpikir bahwa jika Allah ingin mengangkat wakil di bumi , maka ‎wakil tersebut haruslah jauh dari segala macam dosa dan kejahatan, serta ‎sepenuhnya mentaati Allah. Dan dengan pengetahuan yang mereka miliki ‎tentang alam dan watak-watak manusia, maka mereka merasa heran, apa ‎sebabnya Allah swt bukannya memberikan kedudukan mulia seperti itu ‎kepada para Malaikat-Nya yang selalu berada dalam ibadah dan ketaatan ‎kepada-Nya, tetapi memberikannya kepada manusia. ‎
Dalam menjawab pertanyaan para Malaikat, Allah swt menyebutkan, kalian ‎hanya melihat titik kelemahan manusia. Sedangkan kalian tidak mengetahui ‎segi-segi positifnya yang sangat berharga. Akan tetapi Aku mengetahui ‎sesuatu yang kalian tidak mengetahuinya. Jika kalian menganggap bahwa ‎tasbih dan tahmid yang selalu kalian lakukan itu sebagai alasan kelebihan ‎kalian terhadap manusia dalam mencapai kedudukan sebagai khalifatullah, ‎maka ketahuilah bahwa diantara umat manusia terdapat banyak orang yang ‎lebih unggul dari pada kalian dan memiliki kelayakan untuk menduduki ‎pangkat mulia ini. ‎
Tentu saja perlu ditegaskan bahwa bukan semua manusia merupakan ‎khalifatullah di muka bumi, dan yang dimaksudkan dengan khalifah Allah di ‎bumi ialah bahwa Allah yang telah menciptakan manusia "fi ahsanit taqwim" ‎dengan sebaik-baik penciptaan, dan telah meniupkan ruh-Nya ke dalam tubuh ‎manusia , maka hendaklah manusia memelihara sebaik-baiknya semua ‎potensi yang telah Allah berikan itu, sehingga mampu berperan sebagai ‎khalifah Allah di bumi.‎
Contoh dari orang-orang yang demikian itu, yang telah terpilih sebagai ‎khalifatullah di bumi, ialah para Nabi, para Imam, mukminin dan solihin serta ‎para syuhada. Ketika manusia tidak mampu memelihara potensi-potensi Ilahi ‎itu dan merusaknya, jadilah mereka sama seperti hewan bahkan keadaan ‎mereka lebih buruk lagi, sebagaimana ditegaskan di dalam Al-Quran: "Ulaa ‎ika kal an'am bal hum adhal" "Mereka itu bagaikan binatang ternak, bahkan ‎lebih sesat lagi". Jelas sekali bahwa ditunjuknya manusia sebagai wakil untuk ‎mengelola bumi, sama sekali tidak menunjukkan kelemahan Allah dalam ‎mengatur bumi. Tetapi menunjukkan kemuliaan dan keutamaan kedudukan ‎manusia yang memperoleh kelayakan untuk menduduki jabatan khalifatullah; ‎selain bahwa sistem penciptaan dan pengaturan alam ini berjalan di atas ‎dasar kausalitas.‎
Artinya, meskipun Allah swt mampu secara langsung mengatur dan ‎mengelola alam jagat raya ini, namun untuk menjalankan segala urusan Allah ‎menciptakan perantara-perantara dan sebab-sebab; sebagaimana berkenaan ‎dengan para Malaikat Allah berfirman yang artinya, "Dan demi para Malaikat ‎yang mengatur urusan alam." Artinya, Allah swt juga menyerahkan sebagian ‎urusan alam ini kepada para Malaikat. Meskipun pengatur yang sebenarnya ‎segala urusan alam ini ialah Allah sendiri sebagaimana yang Dia firmankan: ‎‎"Yudab birul Amr", Dia-lah yang mengatur segenap urusan. ‎

Dari ayat tadi terdapat delapan poin pelajaran yang dapat dipetik:‎
‎1. Posisi dan kedudukan manusia di alam ini sangat tinggi, sebagaimana yang ‎Allah paparkan masalah tersebut di hadapan para Malaikat-Nya.‎
‎2. Pengangkatan wakil dan pemimpin Ilahi, ada di tangan Allah. ‎
‎3. Penjelasan topik-topik penting yang menimbulkan pertanyaan, dan ‎pemberian jawaban bagi soal-soal serta hal-hal yang belum jelas, adalah ‎perbuatan yang sangat berharga, sebagaimana yang Allah perbuat berkenaan ‎dengan penciptaan manusia, sehingga hilanglah ketidakjelasan dan keraguan ‎para Malaikat.‎
‎4. Pemimpin dan khalifah Allah haruslah seorang yang adil bijaksana, bukan ‎orang yang fasik dan pembuat kerusakan. Oleh karena itu para Malaikat ‎bertanya, bagaimana mungkin manusia yang suka menumpahkan darah ‎berperan sebagai wakil Allah di bumi?‎
‎5. Dalam membandingkan diri kita dengan orang lain, hendaknya kita tidak ‎melihat hanya segi-segi negatif dan titik-titik kelemahan orang lain, dan ‎melihat diri kita sendiri hanya dari segi-segi positif, lalu kita tergesa-gesa ‎mengambil kesimpulan.‎
‎6. Ukuran kemuliaan dan keutamaan bukan hanya ibadah. Akan tetapi ‎diperlukan hal-hal lain. Meskipun para Malaikat memiliki kelebihan dibanding ‎dengan manusia dalam hal ibadah kepada Allah, namun mereka tidak dipilih ‎oleh Allah untuk menjadi khalifah-Nya di bumi.‎
‎7. Penyimpangan dan kesesatan sejumlah manusia, tidak menghalangi ‎perkembangan dan kesempurnaan manusia-manusia yang lain. Meskipun ‎Allah mengetahui bahwa sekelompok manusia akan memilih jalan kesesatan, ‎namun Allah tidak mencegah penciptaan dan pengangkatan manusia sebagai ‎khalifah-Nya.‎
‎8. Mengajukan pertanyaan dengan tujuan menambah pengetahuan dan ‎menyingkirkan ketidakjelasan, sama sekali tidak terlarang, bahkan merupakan ‎kebaikan. Pertanyaan para Malaikat bukan untuk memprotes perbuatan dan ‎rencana Allah, tetapi untuk menghapus ketidakjelasan yang ada pada ‎mereka.‎
Ali Imran ayat 191
Dari Super Pedia Rumah Ilmu Indonesia
Langsung ke: navigasi, cari
الَّذِينَ يَذْكُرُونَ اللّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَىَ جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضِ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَذا بَاطِلاً سُبْحَانَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal. Yaitu orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan lanjut dan bumi (seraya berkata), “Ya Robb kami, tiadalah Engkau ciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka dipeliharalah kami dari siksa neraka.”
(QS.3:190-191)
Salah satu cara mengenal dan mendekatkan diri kepada Allah adalah dengan membaca dan merenungkan ayat-ayat-Nya yang terbentang di alam semesta. Dalam ayat ini, Allah menyuruh manusia untuk merenungkan alam, langit dan bumi. Langit yang melindungi dan bumi yang terhampar tempat manusia hidup. Juga memperhatikan pergantian siang dan malam. Semuanya itu penuh dengan ayat-ayat, tanda-tanda kebesaran Allah SWT.
Langit adalah yang di atas yang menaungi kita. Hanya Allah yang tahu berapa lapisnya, yang dikatakan kepada kita hanya tujuh. Menakjubkan pada siang hari dengan berbagai awan germawan, mengharukan malam harinya dengan berbagai bintang gemintang.
Bumi adalah tempat kita berdiam, penuh dengan aneka keganjilan. Makin diselidiki makin mengandung rahasia ilmu yang belum terurai. Langit dan bumi dijadikan oleh Al-Khaliq tersusun dengan sangat tertib. Bukan hanya semata dijadikan, tetapi setiap saat nampak hidup. Semua bergerak menurut aturan.
Silih bergantinya malam dan siang, besar pengaruhnya atas hidup kita dan segala yang bernyawa. Kadang-kadang malam terasa panjang dan sebaliknya. Musim pun silih berganti. Musim dingin, panas,gugur, dan semi. Demikian juga hujan dan panas. Semua ini menjadi tanda-tanda kebesaran dan keagungan Allah bagi orang yang berpikir. Bahwa tidaklah semuanya terjadi dengan sendirinya. Pasti ada yang menciptakan yaitu Allah SWT.
Orang yang melihat dan memikirkan hal itu, akan meninjau menurut bakat pikirannya masing-masing. Apakah dia seorang ahli ilmu alam, ahli ilmu bintang, ahli ilmu tanaman, ahli ilmu pertambangan, seorang filosofis, ataupun penyair dan seniman. Semuanya akan terpesona oleh susunan tabir alam yang luar biasa. Terasa kecil diri di hadapan kebesaran alam, terasa kecil alam di hadapan kebesaran penciptanya. Akhirnya tak ada arti diri, tak ada arti alam, yang ada hanyalah Dia, Yang Maha Pencipta. Di akhir ayat 190, manusia yang mampu melihat alam sebagai tanda-tanda kebesaran dan keagungan-Nya, Allah sebut sebagai Ulil Albab (orang-orang yang berpikir).
Dalam ayat 191, diterangkan karakteristik Ulil Albab, yaitu selalu melakukan aktivitas dzikir dan fikir sebagai metode memahami alam, baik yang ghaib maupun yang nyata.
Dzikir, secara bahasa berasal dari kata dzakara , tadzakkara, yang artinya menyebut, menjaga, mengingat-ingat. Secara istilah dzikir artinya tidak pernah melepaskan Allah dari ingatannya ketika beraktifitas. Baik ketika duduk, berdiri, maupun berbaring. Ketiga hal itu mewakili aktifitas manusia dalam hidupnya. Jadi,dzikir merupakan aktivitas yang harus selalu dilakukan dalam kehidupan. Dzikir dapat dilkukan dengan hati,lisan, maupun perbuatan. Dzikir dengan hati artinya kalbu manusia harus selalu bertaubat kepada Allah, disebabkan adanya cinta, takut, dan harap kepada-Nya yang berhimpun di hati (Qolbudz Dzakir). Dari sini tumbuh keimanan yang kokoh, kuat dan mengakar di hati. Dzikir dengan lisan berarti menyebut nama Allah dengan lisan. Misalnya saat mendapatkan nikmat mengucapkan hamdalah. Ketika memulai suatu pekerjaan mengucapkan basmalah. Ketika takjub mengucapkan tasbih. Dzikir dengan perbuatan berarti memfungsikan seluruh anggota badan dalam kegiatan yang sesuai dengan aturan Allah.
Fikir, secara bahasa adalah fakara, tafakkara yang artinya memikirkan, mengingatkan, teringat. Dalam hal ini berpikir berarti memikirkan proses kejadian alam semesta dan berbagai fenomena yang ada di dalamnya sehingga mendapatkan manfaat daripadanya dan teringat atau mengingatkan kita kepada sang Pencipta alam, Allah SWT.
Dengan dzikir manusia akan memahami secara jelas petunjuk ilahiyah yang tersirat maupun yang tersurat dalam al-Qur’an maupun as-sunnah sebagai minhajul hayah (pedoman hidup). Dengan fikir, manusia mampu menggali berbagai potensi yang terhampar dan terkandung pada alam semesta. Aktivitas dzikir dan fikir tersebut harus dilakukan secara seimbang dan sinergis (saling berkaitan dan mengisi). Sebab jika hanya melakukan aktivitas fikir, hidup manusia akan tenggelam dalam kesesatan. Jika hanya melakukan aktivitas dzikir, manusia akan terjerumus dalam hidup jumud (tidak berkembang, statis). Sedangkan, jika melakukan aktivitas dzikir dan fikir tetapi masing-masing terpisah, dikhawatirkan manusia akan menjadi sekuler.
Bagi Ulil Albab, kedua aktivitas itu akan berakhir pada beberapa kesimpulan:
• Allah dengan segala kebesaran dan keagungan-Nya adalah pencipta alam semesta termasuk manusia.
• Tiada yang sia-sia dalam penciptaan alam.Semua mengandung nilai-nilai dan manfaat.
• Mensucikan Allah dengan bertasbih dan bertahmid memuji-Nya.
• Menumbuhkan ketundukan dan rasa takut kepada Allah dan hari Akhir.

REFERENSI
• Al-Qur’an dan tafsirnya,Universitas Islam Indonesia
• Al-Qur’an dan Terjemahannya,Departemen Agama RI
• Prof. Dr.Hamka,Tafsir al-Azhar Juz IV, Pustaka Panjimas
• Majalah Nurul Fikri,Ulil Albab, Sosok Cendekiawan Versi al-Qur’an, No.4/II/Ramadhan 1411-Maret 1991



“Bahwasannya pada kejadian langit dan bumi (susunan kejadian langit dan bumi) dan pada beriring-iring malam dan siang, sungguh terdapat tanda-tanda bagi orang yang mempunyai akal yang kuat.
Yaitu segala mereka yang menyebut nama Allah sambil berdiri dan sambil duduk dan sambil berbaring dan memikir kejadian langit dan bumi seraya berkata : Wahai Tuhan kami, tiadalah engkau jadikan ini, barang yang sia-sia,. Kami mengakui akan kesucian engkau. Maka perihalarah kami dari api neraka.”
Dari ayat 190 bahwasannya dalam peraturan langit dan bumi dan keindahan pembuatannya, di dalam perlainan malam dan siang dan terus-menerus beriring-iringan melalui aturan yang paling baik nyata bekasnya pada tubuh dan akal kita, panas dan dingin, demikian pula pada bianatang dan tumbuh-tumbuhan, pada semuanya itu terdapat tanda-tanda dan dalil-dalil yang menunjuk kepada keesaan Allah, kesempurnaan ilmu-Nya dan kudrat-Nya, bagi sebaga orang yang berakal kuat.
“Yaitu segala mereka yang menyebut nama Allah sambil berdiri dan sambil duduk dan sambil berbaring”
Adapun orang-orang yang berakal kuat itu adalah orang-orang yang memperhatikan langit dan bumi serta isinya, lalu mengingat dalam segala keadaannya, berdiri, duduk, berbaring akan Allah, akan nikmat-Nya, akan keutamaan-Nya atas alam semesta.
“dan memikir kejadian langit dan bumi seraya berkata : “
Dan mereka yang memikiri tentang keindahan perbuatan Allah, rahasia-rahasia kejadian dan segala yang dikandung oleh alam ini, manfaat hikmat dan rahasia yang menunjuk kepada kesempurnaan kudrat dan ketunggalan (ke Esaan) Allah yang sempurna ; baik mengenai zat, maupun mengenai sifat dan perbuatan.
Dalam ayat ini dapat kita mengambil kesimpulan, bahwa kemenangan dan keberuntungan hanyalah dengan mengingat kebesaran Allah serta memikiri segala makhluk-Nya yang menunjuk kepada ada khalik yang Esa yang mempunyai ilmu dan kudrat yang diiringi oleh iman akan Rasul dan akan kitab. Disini diterangkan, bahwa yang kita pikiri itu adalah makhluk Allah. Kita tidak dibenarkan memikiri tentang zat tuhan yang menciptakan, karena kita tidak akan sampai kepada hakikat zat dan hakikat sifat.
“Wahai Tuhan kami, tiadalah engkau jadikan ini, barang yang sia-sia,. Kami mengakui akan kesucian engkau.”
Yakni mereka yang menyebut nama Alalh dan memikiri keadaan mengucapkan dengan lidah, sedang hati mereka berada antara takut dan harap : “Wahai tuhan kami tiadalah engkau jadikan dengan percuma apa yang kami persaksikan dari membuat sesuatu dengan percuma. Hanya segala apa yang enkau jadikan, mempunyai tujuan, mengandung hikmah dan mashlahat, masing-masing mengambil pembalasannya kelak, baik ataupun buruk.
Manusia, tidak engkau jadikan mereka dengan percuma. Jika ia lenyap atau bercerai suku-suku tubuhnya sesudah ruh pergi dari badan, maka yang binasa itu, hanyalah tubuhnya. Kemudian ia kembali dengan kudrat engkau dalam kejadian yang lain. Maka jika ia mentaati engkau masukanlah ia kedalam syurga dengan amalan-amalan dan jika ia mendurhakai engkau, masukanlah ia kedalam neraka.
“Maka perihalarah kami dari api neraka.”
Yakni taufikanlah kami dengan inayat engkau kepada amalan-amalan yang shalih, supaya menjadilah ia pemelihara kami dari azab neraka.
Kata As-Sayuti dalam Al-Ikill : ayat-ayat ini mengandung pengertian, bahwa kita disukai membaca : Subhanaka, bila kita melihat ke langit. Dan mengandung pengertian, bahwa apabila kita hendak berdo’a hendaklah kita memuji Allah lebih dahulu.

Adjectives ending in – ing and - ed

CHAPTER II

THE BEGINNING OF THE REVELATION


Before becoming a prophet, Muhammad usually spent one month every year in a cave on the top of a mountain near Mecca. There he meditated and thought about religion of Abraham. This was done by him because he refused to accept the beliefs of the people of Mecca who worshipped idols. This continued for a number of years. When he was forty years of age the Archangel Gabriel came to him and convinced him.

It was clear that he was a prophet from God. He received the first revelation after becoming a prophet. The first revelation said :
“ Read in the name of they Lord who created.
Created man from a blood clot.
Read, thy Lord is most beneficial. He thought by pen
Taught man what he knw not ”.

When the prophet received this revelation from God and when he became sure, then he began to call people to accept the new religion. The new religion was based on the oneness of God-worshipping only Allah and giving up the worship of idols. About three years after Prophet received the first revelation he was told,” Warn your close relatives.”

He started to speak to his close friends and his family. Khadijah, his wife, was the first woman to accept islam, Abu Bakar was the first man. Ali bin Abi Talib, his cousin was the first boy to accept islam. The number started to increase slowly through the personal contact of the prophet and his close friend, Abu Bakar, but when he received the verse mentioned, This was the sign for him to inform all the people of mecca of his cause.



(Terjemahan teks )
BAB II
Awal Mula Turunnya Wahyu

Sebelum menjadi seorang Nabi, Muhammad selalu menghabiskan waktunya selama satu bulan dalam setahun di dalam sebuah gua di puncak gunung di dekat Mekkah. Di sana belilau bermeditasi dan memikirkan tentang ajaran agama yang di bawa Nabi Ibrahim. Hal ini dilakukan oleh beliau karena beliau menolak untuk menerima kepercayaan penduduk Mekkah yang menyembah berhala. Hal ini berlangsung selama bertahun-tahun ketika beliau berumur 40 th malaikat jibril mendatangi beliau dan membaiat/meyakinkan beliau.

Hal ini jelas bahwa beliau adalah seorang Nabi utusan Tuhan. Beliau menerima wahyu pertama setelah menjadi Nabi.
Wahyu pertama berbunyi:
“ Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan.
Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah.
Dia mengajar (manusia) dengan perantara kalam.
Dia mengajarkan pada manusia apa yang tidak diketahuinya.

Ketika Nabi menerima wahyu ini dari Tuhan dan beliau menjadi yakin lalu beliau mulai menyeru pada orang-orang untuk menerima ajaran agama baru tersebut. Agama baru ini didasarkan/berazazkan pada penyembahan Tuhan yang Esa/satu dan hanya Allah yang menghentikan penyembahan berhala. Sekitar 3 tahun setelah Nabi menerima wahyu pertama tersebut beliau diajarkan,” Peringatkan kerabat dekatmu.

Beliau memulai menyebarkan ajarannya pada kerabat dekat dan keluarganya. Khadijah, istri beliau adalah wanita pertama yang memeluk islam dan Abu Bakar adalah pria pertama. Ali bin Abi Talib, keponakan beliau adalah pemuda pertama yang memeluk islam dan Zaid adalah budak pertama yang memeluk islam. Jumlah mereka mulai bertambah perlahan-lahan melalui pendekatan perseorangan.yang dilakukan Nabi dan ker abat dekatnya, Abu Bakar. Tetapi ketika beliau menerima ayat tersebut di atas (wahyu pertama) ini merupakan pertanda bagi beliau untuk memberitahukan kepada seluruh penduduk Mekkah mengenai maksud dan alasannya.

Adjectives ending in – ing and - ed


Correct Forms Common Errors

There are few people, This party is no fun at all
there's no food and the music is lousy. It's very bored
This party is very boring.


When the adjective ends in -ing, it means that the person or thing causes this particular effect.

Rules frustrate me. Rules are frustrating
Snakes terrify me. They are such terrifying creatures

Nobody is having fun at this party. Nobody is having fun at this party.
Everyone is bored Everyone is boring.


When the adjective ends in -ed, it means that the person or thing experiences this particular effect.

Rules frustrate me. I am frustrated when I have to learn them
Snakes terrify me. I'm always terrified when I see one


Preposition Alert

Surely everybody is interested in computers? Everybody is interested by computers?

Alert: There are no clear rules regarding what prepositions follow the adjectives ending in -ed. Learn by using them. Look at the following examples:
I am not satisfied with my grades. I must study more.
I am bored with this quiz. I want to switch off the computer.
I am irritated by his strange habits.




Main points
• Many adjectives ending in ‘-ing’ describe the effect that something has on someone's feelings.
• Some adjectives ending in ‘-ing’ describe a process or state that continues over a period of time.
• Many adjectives ending in ‘-ed’ describe people's feelings.
1. You use many ‘-ing’ adjectives to describe the effect that something has on your feelings, or on the feelings of people in general. For example, if you talk about ‘a surprising number’, you mean that the number surprises you.
alarming
amazing
annoying
astonishing
boring charming
confusing
convincing
depressing
disappointing embarrassing
exciting
frightening
interesting
shocking surprising
terrifying
tiring
welcoming
worrying
He lives in a charming house just outside the town.
She always has a warm welcoming smile.
Most ‘-ing’ adjectives have a related transitive verb
2. You use some ‘-ing’ adjectives to describe something that continues over a period of time.
ageing
booming decreasing
dying existing
increasing living
remaining
Britain is an ageing society.
Increasing prices are making food very expensive.
These adjectives have related intransitive verbs
3. Many ‘-ed’ adjectives describe people's feelings. They have the same form as the past participle of a transitive verb and have a passive meaning. For example, ‘a frightened person’ is a person who has been frightened by something.
alarmed
amused
astonished
bored delighted
depressed
disappointed
excited frightened
interested
satisfied
shocked surprised
tired
troubled
worried


She looks alarmed about something.
A bored student complained to his teacher.
She had big blue frightened eyes
Note that the past participles of irregular verbs do not end in ‘-ed’, but can be used as adjectives. See the Appendix for a list of irregular past participles.
The bird had a broken wing.
His coat was dirty and torn.
4. Like other adjectives, ‘-ing’ and ‘-ed’ adjectives can be:
• used in front of a noun
They still show amazing loyalty to their parents.
This is the most terrifying tale ever written.
I was thanked by the satisfied customer.
The worried authorities cancelled the match.
• used after link verbs
It's amazing what they can do.
The present situation is terrifying.
He felt satisfied with all the work he had done.
My husband was worried.
• modified by adverbials such as ‘quite‘, ‘really‘, and ‘very’
The film was quite boring.
There is nothing very surprising in this.
She was quite astonished at his behaviour.
He was a very disappointed young man.
• used in the comparative and superlative
His argument was more convincing than mine.
He became even more depressed after she died.
This is one of the most boring books I've ever read.
She was the most interested in going to the cinema.
5. A small number of ‘-ed‘ adjectives are normally only used after link verbs such as ‘be‘, ‘become‘, or ‘feel‘. They are related to transitive verbs, and are often followed by a prepositional phrase, a ‘to‘-infinitive clause, or a ‘that‘-clause.
convinced
delighted
finished interested
involved
pleased prepared
scared
thrilled tired
touched
worried


The Brazilians are pleased with the results.
He was always prepared to account for his actions.
She was scared that they would find her.
# The -ing adjective tells you about something (the job) . The -ed adjective tells you how somebody feels about something (The woman is bored because the job is boring).

--> My job is interesting. I'm interrested in my job.
--> My job is tiring. I'm always tired when I finish work.
--> My job is satisfying. I'm satisfied with my job.


So, when the adjective ends in -ed, it describes the feeling of something.

For example:- I'm interested in modern art. (This is my personal feeling)
I was really bored yesterday.

When the adjective ends in -ing, it describes the feeling given by something.

For example: Modern art is interesting. ("Modern art" can't feel, but it makes me feel interested.).
The news was shocking. (The "news" gives us a shocking feeling)
Present Continuous Tense
Rumusnya:

Positif: S + Tobe + Ving
Negatif: S + Tobe+ Not+ Ving
Tanya: Tobe + S + Ving

- I am writing now (Saya sedang menulis sekarang)
- I am NOT writing now (Saya sedang tidak menulis sekarang)
- Are you writing now? (Apakah kamu sedang menulis sekarang?)
Present Perfect Continuous Tense
Rumus Present Perfect Continuous Tense

Positif: S + have/has + been + Ving
Negatif: S + have/has + not + been + Ving
Tanya: Have/has + S + been + Ving

- I have been living here for 2 years.( Saya sudah tinggal disini 2 tahun)
- She has not been learning english for 3 years.( Dia belum pernah belajar bahasa inggris selama 3 tahun)
- Have they been speaking English?( Apakah mereka telah berbicara dalam bahasa Inggris?)
Past Continuous Tense
Rumus Past Continuous Tense

Positif: S + was/were + Ving
Negatif: S + was/were + NOT + Ving
Tanya: Was/Were + S + Ving

- They were learning in the classroom when I came.( Mereka lagi belajar di kelas ketika saya dating)
- Joko was NOT sleeping in the class room.( Joko TIDAK tidur di ruang kelas)
- Were You writing Novel?( Apakah Anda menulis Novel?)
Past Tense
Rumus Past Tense:

Positif: S + V2
Negatif: S + did not + V1
Tanya: Did + S + V1

Contoh Kalimat Past Tense:
-I launched this blog on july 14th 2009.( Saya meluncurkan atau
launching blog ini tanggal 14 juli 2009)
- I did not see her standing there.( Aku tidak melihat dia berdiri di sana)
- Did they go to tokyo?( Apakah mereka pergi ke Tokyo)

ilmu alamia dasar

BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar belakang
Sejarah perjuangan umat Islam dalam pentas peradaban dunia berlangsung sangat lama sekitar 13 abad, yaitu sejak masa kepemimpinan Rasulullah Saw di Madienah (622-632M); Masa Daulat Khulafaur Rasyidin (632-661M); Masa Daulat Umayyah (661-750M) dan Masa Daulat Abbasiyah (750-1258 M) sampai tumbangnya Kekhilafahan Turki Utsmani pada tanggal 28 Rajab tahun 1342 H atau bertepatan dengan tanggal 3 Maret 1924 M, dimana masa-masa kejayaan dan puncak keemasannya banyak melahirkan banyak ilmuwan muslim berkaliber internasional yang telah menorehkan karya-karya luar biasa dan bermanfaat bagi umat manusia yang terjadi selama kurang lebih 700 tahun, dimulai dari abad 6 M sampai dengan abad 12 M. Pada masa tersebut, kendali peradaban dunia berada pada tangan umat Islam.

Pada saat berjayanya peradaban Islam semangat pencarian ilmu sangat kental dalam kehidupan sehari-hari. Semangat pencarian ilmu yang berkembang menjadi tradisi intelektual secara historis dimulai dari pemahaman (tafaqquh) terhadap al-Qur'an yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad saw yang kemudian dipahami, ditafsirkan dan dikembangkan oleh para sahabat, tabiin, tabi' tabiin dan para ulama yang datang kemudian dengan merujuk pada Sunnah Nabi Muhammad saw.
B.Rumusn masalah

Menyimak betapa besar kontribusi Islam terhadap lahirnya peradaban Islam berskala dunia terutama dalam hal ilmu pengetahuan dan teknologi, sesungguhnya kemajuan yang dicapai Barat pada mulanya bersumber dari peradaban Islam. Dunia Barat sekarang sejatinya berterima kasih kepada umat Islam. Akan tetapi pada kenyataannya pihak Barat (non Muslim) telah sengaja menutup-nutupi peran besar atas jasa para pejuang dan ilmuwan muslim tersebut yang pada akhirnya terabaikan bahkan sampai terlupakan. Oleh karena itu, umat Islam perlu kembali menggelorakan semangat keilmuan para ilmuwan muslim atas sumbangsihnya yang amat besar bagi peradaban umat manusia di dunia dalam menyongsong kembali kejayaan Islam dan umatnya.
BAB II
PEMBAHASAN
Asal kata `ilm diulang sebanyak delapan puluh kali dalam Al-Qur'an di berbagai tempat, sedangkan derivasi kata tersebut, seperti ya'lamuna, ya'lamu dll berkali-kali dipakai di dalamnya. Poin yang menarik di sini adalah dalam masalah menuntut ilmu, Al-Qur'an Al-Karim tidak merasa cukup hanya menyinggung secara general/global, bahkan banyak sekali ayat yang secara khusus menyeru manusia untuk mendalami dan merenungkan tanda-tanda penciptaan dan alam semesta.

ERA RASULULLOH SAW (622-632M) DAN PERIODE DAULAT KHULAFAUR RASYIDIN (632-661 M)

Kesuksesan Rasulullah Muhammad Saw dalam membangun peradaban Islam yang tiada taranya dalam sejarah dicapai dalam kurun waktu 23 tahun, 13 tahun langkah persiapan pada periode Makkah (Makiyyah) dan 10 tahun periode Madienah (Madaniyah). Periode 23 tahun merupakan rentang waktu kurang dari satu generasi, dimana beliau Saw telah berhasil memegang kendali kekuasaan atas bangsa-bangsa yang lebih tua peradabannya saat itu khususnya Romawi, Persia dan Mesir.

Seorang ahli pikir Perancis bernama Dr. Gustave Le Bone mengatakan:
“Dalam satu abad atau 3 keturunan, tidak ada bangsa-bangsa manusia dapat mengadakan perubahan yang berarti. Bangsa Perancis memerlukan 30 keturunan atau 1000 tahun baru dapat mengadakan suatu masyarakat yang bercelup Perancis. Hal ini terdapat pada seluruh bangsa dan umat, tak terkecuali selain dari umat Islam, sebab Muhammad El-Rasul sudah dapat mengadakan suatu masyarakat baru dalam tempo satu keturunan (23 tahun) yang tidak dapat ditiru atau diperbuat oleh orang lain”.

Masa kerasulan Muhammad Saw pada akhir periode Madienah merupakan puncak (kulminasi) peradaban Islam, karena disitulah sistem Islam disempurnakan dan ditegakkan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

“Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu”. (QS. Al-Maidah ayat 3).

Generasi masa itu merupakan generasi terbaik sebagaimana firman Alloh Swt:“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Alloh”. (QS. Ali Imran ayat 110).

PERIODE DAULAT UMAYYAH (661-750M)
Masa Kedaulatan Umayyah berlangsung selama lebih kurang 90 tahun. Beberapa orang Khalifah besar Bani Umayyah ini adalah Muawiyah bin Abi Sufyan (661-680 M), Abdul Malik bin Marwan (685- 705 M), Al-Walid bin Abdul Malik (705-715 M), Umar bin Abdul Aziz (717- 720 M) dan Hasyim bin Abdul Malik (724- 743 M).

Awal berlangsungya periode Daulat Umayyah lebih memprioritaskan pada perluasan wilayah kekuasaan. Ekspansi wilayah yang sempat terhenti pada masa Khalifah Utsman dan Khalifah Ali dilanjutkan kembali oleh Daulat Umayyah. Pada zaman Muawiyah, Tunisia ditaklukkan. Di sebelah Timur, Muawiyah dapat menguasai daerah Khurasan sampai ke sungai Oxus dan Afganistan sampai ke Kabul. Angkatan lautnya melakukan serangan-serangan ke ibu kota Bizantium, Konstantinopel. Ekspansi ke timur yang dilakukan Muawiyah kemudian dilanjutkan oleh khalifah Abdul Malik. Dia mengirim tentara menyeberangi sungai Oxus dan dapat berhasil menundukkan Balkh, Bukhara, Khawarizm, Ferghana dan Samarkand. Tentaranya bahkan sampai ke India dan dapat menguasai Balukhistan, Sind dan daerah Punjab sampai ke Maltan.

Ekspansi ke Barat secara besar-besaran dilanjutkan pada zaman Al-Walid bin Abdul Malik. Masa pemerintahan Walid adalah masa ketenteraman, kemakmuran dan ketertiban, dimana umat Islam merasa hidup bahagia. Pada masa pemerintahannya yang berjalan kurang lebih sepuluh tahun, tercatat bahwa pada tahun 711 M merupakan suatu ekspedisi militer dari Afrika Utara menuju wilayah Barat Daya, benua Eropa. Setelah Al-Jazair dan Marokko dapat ditundukan, Tariq bin Ziyad, panglima pasukan Islam, dengan pasukannya menyeberangi selat yang memisahkan antara Marokko dengan benua Eropa, dan mendarat di suatu tempat yang sekarang dikenal dengan nama Gibraltar (Jabal Tariq). Tentara Spanyol dapat dikalahkan. Dengan demikian, Spanyol menjadi sasaran ekspansi selanjutnya. Ibu kota Spanyol, Cordova, dengan cepatnya dapat dikuasai. Menyusul setelah itu kota-kota lain seperti Sevi'e, Elvira dan Toledo yang dijadikan ibu kota Spanyol yang baru setelah jatuhnya Cordova. Pasukan Islam memperoleh kemenangan dengan mudah karena mendapat dukungan dari rakyat setempat yang sejak lama menderita akibat kekejaman penguasa. Pada zaman Umar bin Abdul Aziz, serangan dilakukan ke Prancis melalui pegunungan Piranee. Serangan ini dipimpin oleh Aburrahman bin Abdullah Al-Ghafiqi. Ia mulai dengan menyerang Bordeau, Poitiers. Dari sana ia mencoba menyerang Tours. Namun, dalam peperangan yang terjadi di luar kota Tours, Al-Ghafiqi terbunuh, dan tentaranya mundur kembali ke Spanyol. Disamping daerah-daerah tersebut di atas, pulau-pulau yang terdapat di Laut Tengah juga jatuh ke tangan Islam pada zaman Bani Umayyah.

Dengan keberhasilan ekspansi ke beberapa daerah, baik di timur maupun barat, wilayah kekuasaan Islam masa Bani Umayyah ini betul-betul sangat luas. Daerah-daerah itu meliputi Spanyol, Afrika Utara, Syria, Palestina, Jazirah Arabia, Irak, sebagian Asia Kecil, Persia, Afganistan, daerah yang sekarang disebut Pakistan, Purkmenia, Uzbek, dan Kirgis di Asia Tengah.

Disamping ekspansi kekuasaan Islam, Bani Umayyah juga banyak berjasa dalam pembangunan di berbagai bidang. Pada bidang pengembangan keilmuan, Daulat Umayyah mengawalinya dengan mengeluarkan sebuah kebijakan startegis. Adalah Khalifah Abdul Malik (685-705M) merupakan Khalifah pertama yang berhasil melakukan berbagi pembenahan administrasi pemerintahan dimana beliau memerintahkan penggunaan Bahasa Arab sebagai bahasa resmi administrasi pemerintahan dan kenegaraan di seluruh wilayah Islam yang membentang dari Pegunungan Thian Shan di sebelah Timur sampai Pegunungan Pyrenees di Sebelah Barat termasuk dalam berbagai administrasi kenegaraan lainnya yang pada perkembangan selanjutnya Bahasa Arab menjadi bahasa umum sebagai bahasa pengantar dunia (lingua franca), juga menjadi bahasa diplomatik antar Bangsa diantara Barat dan Timur bahkan berkembang menjadi bahasa ilmiah sampai kepada zaman renaissance, hingga Roger Bacon (1214-1294 M) dari Oxford ahli pikir Inggeris terbesar itu, menurut Ecyclopedia Britanica, 1951, volume II, halaman 191-197, mendorong sedemikian rupa untuk mempelajari Bahasa Arab guna memperoleh pengetahuan yang sangat murni, yang menyatakan bahwa: “Roger Bacon, placing Averroes beside Aristole and Avicenna, recomends the study of Arabic as the only way of getting the knowledge which bad versions obscured”, yakni “menganjurkan mempelajari Bahasa Arab sebagai jalan satu-satunya bagi memperoleh ilmu yang telah dikaburkan oleh versi-versi yang jelek” sebelumnya.

Kemajuan tradisi intelektual dan ilmu pengetahuan pada zaman Daulat Umayyah di Andalusia dirasakan oleh masyarakat Eropa. Oliver Leaman menggambarkan kondisi kehidupan intelektual di sana sebagai berikut:

“….pada masa peradaban agung [wujud] di Andalus, siapapun di Eropa yang ingin mengetahui sesuatu yang ilmiyah ia harus pergi ke Andalus. Di waktu itu banyak sekali problem dalam literatur Latin yang masih belum terselesaikan, dan jika seseorang pergi ke Andalus maka sekembalinya dari sana ia tiba-tiba mampu menyelesaikan masalah-masalah itu. Jadi Islam di Spanyol mempunyai reputasi selama ratusan tahun dan menduduki puncak tertinggi dalam pengetahuan filsafat, sains, tehnik dan matematika. Ia mirip seperti posisi Amerika saat ini, dimana beberapa universitas penting berada”.

Pada bidang lainnya, pembangunan yang dilakukan Muawiyah diantaranya mendirikan dinas pos dan tempat-tempat tertentu dengan menyediakan kuda yang lengkap dengan peralatannya di sepanjang jalan. Dia juga berusaha menertibkan angkatan bersenjata dan mencetak mata uang. Pada masanya, jabatan khusus seorang hakim (qadhi) mulai berkembang menjadi profesi tersendiri. Qadhi adalah seorang spesialis dibidangnya. Khalifah Abdul Malik mengubah mata uang Bizantium dan Persia yang dipakai di daerah-daerah yang dikuasai Islam. Untuk itu, dia mencetak uang tersendiri pada tahun 659 M dengan memakai kata-kata dan tulisan Arab. Keberhasilan Khalifah Abdul Malik diikuti oleh puteranya Al-Walid bin Abdul Malik (705-715 M) seorang yang berkemauan keras dan berkemampuan melaksanakan pembangunan. Dia membangun panti-panti untuk orang cacat. Semua personel yang terlibat dalam kegiatan yang humanis ini digaji oleh negara secara tetap. Dia juga membangun jalan-jalan raya yang menghubungkan suatu daerah dengan daerah lainnya, pabrik-pabrik, gedung-gedung pemerintahan dan masjid-masjid yang megah.

Pada lapangan perdagangan yakni pada saat peradaban Islam telah menguasai dunia perdagangan sejak permulaan Daulat Umayyah (661-750M), dimana pesisir lautan Hindia sampai ke Lembah Sind, sehingga terjalin kesatuan wilayah yang luas dari Timur sampai Barat yang berimplikasi terhadap lancarnya lalu-lintas dagang di dataran antara Tiongkok dengan dunia belahan Barat pegunungan Thian Shan melalui Jalan Sutera (Silk Road) yang terkenal itu, yang kemudian terbuka pula jalur perdagangan melalui Teluk Parsi, Teluk Aden yang menghubungkannya dengan kota-kota dagang di sepanjang pesisir Benua Eropa, menyebabkan “kebutuhan Eropa pada saat itu amat tergantung pada kegiatan dagang di dalam wilayah Islam”.

PERIODE DAULAT ABBASIYAH (132H/750M s.d. 656H/1258 M)
Masa Kedaulatan Abbasiyah berlangsung selama 508 tahun, sebuah rentang sejarah yang cukup lama dalam sebuah peradaban. Berdasarkan perubahan pola pemerintahan dan politik, para sejarawan biasanya membagi masa pemerintahan Bani Abbas menjadi lima periode: (1) Periode Pertama (132 H/750 M-232 H/847 M), disebut periode pengaruh Persia pertama; (2) Periode Kedua (232 H/847 M-334 H/945 M), disebut pereode pengaruh Turki pertama; (3) Periode Ketiga (334 H/945 M-447 H/1055 M), masa kekuasaan dinasti Buwaih dalam pemerintahan khilafah Abbasiyah. Periode ini disebut juga masa pengaruh Persia kedua; (4) Periode Keempat (447 H/1055 M-590 H/l194 M), masa kekuasaan dinasti Bani Seljuk dalam pemerintahan khilafah Abbasiyah; biasanya disebut juga dengan masa pengaruh Turki kedua; (5) Periode Kelima (590 H/1194 M-656 H/1258 M), masa khalifah bebas dari pengaruh dinasti lain, tetapi kekuasaannya hanya efektif di sekitar kota Bagdad.

Tidak seperti pada periode Umayyah, Periode pertama Daulat Abbasiyah lebih memprioritaskan pada penekanan pembinaan peradaban dan kebudayaan Islam daripada perluasan wilayah. Fakta sejarah mencatat bahwa masa Kedaulatan Abbasiyah merupakan pencapaian cemerlang di dunia Islam pada bidang sains, teknologi dan filsafat. Pada saat itu dua pertiga bagian dunia dikuasai oleh Kekhilafahan Islam.

Masa sepuluh Khalifah pertama dari Daulat Abbasiyah merupakan masa kejayaan (keemasan) peradaban Islam, dimana Baghdad mengalami kemajuan ilmu pengetahuan yang pesat. Secara politis, para khalifah betul-betul merupakan tokoh yang kuat dan merupakan pusat kekuasaan politik dan agama sekaligus. Di sisi lain, kemakmuran masyarakat mencapai tingkat tertinggi. Periode ini juga berhasil menyiapkan landasan bagi perkembangan filsafat dan ilmu pengetahuan dalam Islam. Namun setelah periode ini berakhir, pemerintahan Bani Abbas mulai menurun dalam bidang politik, meskipun filsafat dan ilmu pengetahuan terus berkembang.

Pada masa sepuluh Khalifah pertama itu, puncak pencapaian kemajuan peradaban Islam terjadi pada masa pemerintahan Harun Al-Rasyid (786-809 M). Harun Al-Rasyid adalah figur khalifah shaleh ahli ibadah; senang bershadaqah; sangat mencintai ilmu sekaligus mencintai para ‘ulama; senang dikritik serta sangat merindukan nasihat terutama dari para ‘ulama. Pada masa pemerintahannya dilakukan sebuah gerakan penerjemahan berbagai buku Yunani dengan menggaji para penerjemah dari golongan Kristen dan penganut agama lainnya yang ahli. Ia juga banyak mendirikan sekolah, yang salah satu karya besarnya adalah pembangunan Baitul Hikmah, sebagai pusat penerjemahan yang berfungsi sebagai perguruan tinggi dengan perpustakaan yang besar. Perpustakaan pada masa itu lebih merupakan sebuah universitas, karena di samping terdapat kitab-kitab, di sana orang juga dapat membaca, menulis dan berdiskusi.

Harun Al-Rasyid juga menggunakan kekayaan yang banyak untuk dimanfaatkan bagi keperluan sosial. Rumah sakit, lembaga pendidikan dokter, dan farmasi didirikan. Pada masanya sudah terdapat paling tidak sekitar 800 orang dokter. Disamping itu, pemandian-pemandian umum juga dibangun. Kesejahteraan, sosial, kesehatan, pendidikan, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan serta kesusasteraan berada pada zaman keemasannya. Pada masa inilah negara Islam menempatkan dirinya sebagai negara terkuat yang tak tertandingi.

Terjadinya perkembangan lembaga pendidikan pada masa Harun Al Rasyid mencerminkan terjadinya perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan. Hal ini sangat ditentukan oleh perkembangan bahasa Arab, baik sebagai bahasa administrasi yang sudah berlaku sejak zaman Bani Umayyah, maupun sebagai bahasa ilmu pengetahuan.

Pada masa pemerintahan Abbasiyah pertama juga lahir para imam mazhab hukum yang empat hidup Imam Abu Hanifah (700-767 M); Imam Malik (713-795 M); Imam Syafi'i (767-820 M) dan Imam Ahmad bin Hanbal (780-855 M).

Pencapaian kemajuan dunia Islam pada bidang ilmu pengetahuan tersebut tidak terlepas dari adanya sikap terbuka dari pemerintahan Islam pada saat itu terhadap berbagai budaya dari bangsa-bangsa sebelumnya seperti Yunani, Persia, India dan yang lainnya. Gerakan penterjemahan yang dilakukan sejak Khalifah Al-Mansur (745-775 M) hingga Harun Al-Rasyid berimplikasi terhadap perkembangan ilmu pengetahuan umum, terutama di bidang astronomi, kedokteran, filsafat, kimia, farmasi, biologi, fisika dan sejarah.

Menurut Demitri Gutas proses penterjemahan di zaman Abbasiyah didorong oleh motif sosial, politik dan intelektual. Ini berarti bahwa para pihak baik dari unsur masyarakat, elit penguasa, pengusaha dan cendekiawan terlibat dalam proses ini, sehingga dampaknya secara kultural sangat besar.

Gerakan penerjemahan pada zaman itu kemudian diikuti oleh suatu periode kreativitas besar, karena generasi baru para ilmuwan dan ahli pikir muslim yang terpelajar itu kemudian membangun dengan ilmu pengetahuan yang diperolehnya untuk mengkontribusikannya dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan.

Menurut Marshall, proses pengislaman tradisi-tradisi itu telah berbuat lebih jauh dari sekadar mengintegrasikan dan memperbaiki, hal itu telah menghasilkan energi kreatif yang luar biasa. Menurutnya, periode kekhalifahan dalam sejarah Islam merupakan periode pengembangan di bidang ilmu, pengetahuan dan kebudayaan, dimana pada zaman itu telah melahirkan tokoh-tokoh besar di bidang filsafat dan ilmu pengetahuan seperti Ibnu Sina, Ibnu Rusyd, Al-Farabi. Berbagai pusat pendidikan tempat menuntut ilmu dengan perpustakaan-perpustakaan besar bermunculan di Cordova, Palermo, Nisyapur, Kairo, Baghdad, Damaskus, dan Bukhara, dimana pada saat yang sama telah mengungguli Eropa yang tenggelam dalam kegelapan selama berabad-abad. Kehidupan kebudayaan dan politik baik dari kalangan orang Islam maupun non-muslim pada zaman kekhilafahan dilakukan dalam kerangka Islam dan bahasa Arab, walaupun terdapat perbedaan-perbedaan agama dan suku yang plural.

Pada saat itu umat Islam telah berhasil melakukan sebuah akselerasi, jauh meninggalkan peradaban yang ada pada saat itu. Hidupnya tradisi keilmuan, tradisi intelektual melalui gerakan penerjamahan yang kemudian dilanjutkan dengan gerakan penyelidikan yang didukung oleh kuatnya elaborasi dan spirit pencarian, pengembangan ilmu pengetahuan yang berkembang secara pesat tersebut, mengakibatkan terjadinya lompatan kemajuan di berbagai bidang keilmuan yang telah melahirkan berbagai karya ilmiah yang luar biasa.
Menurut Oliver Leaman proses penterjemahan yang dilakukan ilmuwan muslim tidak hanya menterjemahkan karya-karya Yunani secara ansich, tetapi juga mengkaji teks-teks itu, memberi komentar, memodifikasi dan mengasimilasikannya dengan ajaran Islam. Proses asimilasi tersebut menurut Thomas Brown terjadi ketika peradaban Islam telah kokoh. Sains, filsafat dan kedoketeran Yunani diadapsi sehingga masuk kedalam lingkungan pandangan hidup Islam. Proses ini menggambarkan betapa tingginya tingkat kreativitas ilmuwan muslim sehingga dari proses tersebut telah melahirkan pemikiran baru yang berbeda sama sekali dari pemikiran Yunani dan bahkan boleh jadi asing bagi pemikiran Yunani.

Pada masa-masa permulaan perkembangan kekuasaan, Islam telah memberikan kontribusi kepada dunia berupa tiga jenis alat penting yaitu paper (kertas), compass (kompas) and gunpowder (mesiu). Penemuan alat cetak (movable types) di Tiongkok pada penghujung abad ke-8 M dan penemuan alat cetak serupa di Barat pada pertengahan abad 15 oleh Johann Gutenberg, menurut buku Historians’ History of the World, akan tidak ada arti dan gunanya jika Bangsa Arab tidak menemukan lebih dahulu cara-cara bagi pembuatan kertas.

Pencapaian prestasi yang gemilang sebagai implikasi dari gerakan terjemahan yang dilakukan pada zaman Daulat Abbasiah sangat jelas terlihat pada lahirnya para ilmuwan muslim yang mashur dan berkaliber internasional seperti : Al-Biruni (fisika, kedokteran); Jabir bin Hayyan (Geber) pada ilmu kimia; Al-Khawarizmi (Algorism) pada ilmu matematika; Al-Kindi (filsafat); Al-Farazi, Al-Fargani, Al-Bitruji (astronomi); Abu Ali Al-Hasan bin Haythami pada bidang teknik dan optik; Ibnu Sina (Avicenna) yang dikenal dengan Bapak Ilmu Kedokteran Modern; Ibnu Rusyd (Averroes) pada bidang filsafat; Ibnu Khaldun (sejarah, sosiologi). Mereka telah meletakkan dasar pada berbagai bidang ilmu pengetahuan.

Beberapa ilmuwan muslim lainnya pada masa Daulat Abbasiyah yang karyanya diakui dunia diantaranya:
• Al-Razi (guru Ibnu Sina), berkarya dibidang kimia dan kedokteran, menghasilkan 224 judul buku, 140 buku tentang pengobatan, diterjemahkan ke dalam Bahasa Latin. Bukunya yang paling masyhur adalah Al-Hawi Fi ‘Ilm At Tadawi (30 jilid, berisi tentang jenis-jenis penyakit dan upaya penyembuhannya). Buku-bukunya menjadi bahan rujukan serta panduan dokter di seluruh Eropa hingga abad 17. Al-Razi adalah tokoh pertama yang membedakan antara penyakit cacar dengan measles. Dia juga orang pertama yang menyusun buku mengenai kedokteran anak. Sesudahnya, ilmu kedokteraan berada di tangan Ibnu Sina;
• Al-Battani (Al-Batenius), seorang astronom. Hasil perhitungannya tentang bumi mengelilingi pusat tata surya dalam waktu 365 hari, 5 jam, 46 menit, 24 detik, mendekati akurat. Buku yang paling terkenal adalah Kitab Al Zij dalam bahasa latin: De Scienta Stellerum u De Numeris Stellerumet Motibus, dimana
terjemahan tertua dari karyanya masih ada di Vatikan;
• Al Ya’qubi, seorang ahli geografi, sejarawan dan pengembara. Buku tertua dalam sejarah ilmu geografi berjudul Al Buldan (891), yang diterbitkan kembali oleh Belanda dengan judul Ibn Waddih qui dicitur al-Ya’qubi historiae;
• Al Buzjani (Abul Wafa). Ia mengembangkan beberapa teori penting di bidang matematika (geometri dan trigonometri).

Sejarah telah membuktikan bahwa kontribusi Islam pada kemajuan ilmu pengetahuan di dunia modern menjadi fakta sejarah yang tak terbantahkan. Bahkan bermula dari dunia Islamlah ilmu pengetahuan mengalami transmisi (penyebaran, penularan), diseminasi dan proliferasi (pengembangan) ke dunia Barat yang sebelumnya diliputi oleh masa ‘the Dark Ages’ mendorong munculnya zaman renaissance atau enlightenment (pencerahan) di Eropa.

Melalui dunia Islam-lah mereka mendapat akses untuk mendalami dan mengembangkan ilmu pengetahuan modern. Menurut George Barton, ketika dunia Barat sudah cukup masak untuk merasakan perlunya ilmu pengetahuan yang lebih dalam, perhatiannya pertama-tama tidak ditujukan kepada sumber-sumber Yunani, melainkan kepada sumber-sumber Arab.

Sebelum Islam datang, menurut Gustav Le Bon, Eropa berada dalam kondisi kegelapan, tak satupun bidang ilmu yang maju bahkan lebih percaya pada tahayul. Sebuah kisah menarik terjadi pada zaman Daulat Abbasiah saat kepemimpinan Harun Al-Rasyid, tatkala beliau mengirimkan jam sebagai hadiah pada Charlemagne seorang penguasa di Eropa. Penunjuk waktu yang setiap jamnya berbunyi itu oleh pihak Uskup dan para Rahib disangka bahwa di dalam jam itu ada jinnya sehingga mereka merasa ketakutan, karena dianggap sebagai benda sihir. Pada masa itu dan masa-masa berikutnya, baik di belahan Timur Kristen maupun di belahan Barat Kristen masih mempergunakan jam pasir sebagai penentuan waktu.

Bagaimana kondisi kegelapan Eropa pada zaman pertengahan (Abad 9 M) bukan hanya pada aspek mental-dimana cenderung bersifat takhayul, demikian pula halnya dalam aspek fisik material. Hal ini sebagaimana digambarkan oleh William Drapper:

“Pada zaman itu Ibu Kota pemerintahan Islam di Cordova merupakan kota paling beradab di Eropa, 113.000 buah rumah, 21 kota satelit, 70 perpustakaan dan toko-toko buku, masjid-masjid dan istana yang banyak. Cordova menjadi mashur di seluruh dunia, dimana jalan yang panjangnya bermil-mil dan telah dikeraskan diterangi dengan lampu-lampu dari rumah-rumah di tepinya. Sementara kondisi di London 7 abad sesudah itu (yakni abad 15 M), satu lampu umumpun tidak ada. Di Paris berabad-abad sesudah zaman Cordova, orang yang melangkahi ambang pintunya pada saat hujan, melangkah sampai mata kakinya ke dalam lumpur”.

Menurut Philip K. Hitti, jarak peradaban antara kaum muslimin di bawah kepemimpinan Harun Al-Rasyid jauh melampaui peradaban yang ada pada orang-orang Kristen pimpinan Charlemagne.

Pertengahan abad 9 M peradaban Islam telah meliputi seluruh Spanyol. Masuknya Islam ke Spanyol yaitu setelah Abdur Rahman ad-Dakhil (756 M) berhasil membangun pemerintahan yang berpusat di Andalusia.

Melalui Spanyol, Sicilia dan Perancis Selatan yang berada langsung di bawah pemerintahan Islam, peradaban Islam memasuki Eropa. Bahasa Arab menjadi bahasa internasional yang digunakan berbagai suku bangsa di berbagai negeri di dunia. Baghdad di Timur dan Cordova di Barat, dua kota raksasa Islam menerangi dunia dengan cahaya gilang-gemilang. Sekitar tahun 830 M, Alfonsi-Raja Asturia telah mendatangkan dua sarjana Islam untuk mendidik ahli warisnya. Sekolah Tinggi Kedokteran yang didirikan di Perancis (di Montpellier) dibina oleh beberapa orang Mahaguru dari Andalusia. Keunggulan ilmiah kaum muslimin tersebar jauh memasuki Eropa dan menarik kaum intelektual dan bangsawan Barat ke negeri-negeri pusatnya. Diantara mereka terdapat Roger Bacon (Inggeris); Gerbert d’Aurillac yang kemudian menjadi Paus Perancis pertama dengan gelar Sylvester II, selama 3 tahun tinggal di Todelo mempelajari ilmu matematika, astronomi, kimia dan ilmu lainnya dari para sarjana Islam.

Tidaklah mengherankan, karena pada saat kekhilafahan Islam berkuasa saat itu Spanyol menjadi pusat pembelajaran (centre of learning) bagi masyarakat Eropa dengan adanya Universitas Cordova. Di Andalusia itulah mereka banyak menimba ilmu, dan dari negeri tersebut muncul nama-nama ‘ulama besar seperti Imam Asy-Syathibi pengarang kitab Al-Muwafaqat, sebuah kitab tentang Ushul Fiqh yang sangat berpengaruh; Ibnu Hazm Al-Andalusi pengarang kitab Al-Fashl fi al-Milal wa al-Ahwa’ wa an-Nihal, sebuah kitab tentang perbandingan sekte dan agama-agama dunia, dimana bukti tersebut telah mengilhami penulis-penulis Barat untuk melakukan hal yang sama.

Di Andalusia (Spanyol bagian Selatan), berbagai universitasnya pada saat itu dipenuhi oleh banyak mahasiswa Katolik dari Perancis, Inggeris, Jerman dan Italia. Pada masa itu, para pemuda Kristen dari berbagai negara di Eropa dikirim berbondong-bondong ke sejumlah perguruan tinggi di Andalusia guna menimba ilmu pengetahuan dan teknologi dari para ilmuwan muslim. Adalah Gerard dari Cremona; Campanus dari Navarra; Aberald dari Bath; Albert dan Daniel dari Morley yang telah menimba ilmu demikian banyak dari para ilmuwan muslim, untuk kemudian pulang dan menggunakannya secara efektif bagi penelitian dan pengembangan di masing-masing bangsanya. Dari sini kemudian sebuah revolusi pemikiran dan kebudayaan telah pecah dan menyebarluas ke seluruh masyarakat dan seluruh benua. Para pemuda Kristen yang sebelumnya telah banyak belajar dari para ilmuwan muslim, telah berhasil melakukan sebuah transformasi nilai-nilai yang unggul dari peradaban Islam yang kemudian diimplementasikan pada peradaban mereka (Barat) yang selanjutnya berimplikasi terhadap kemajuan diberbagai bidang ilmu pengetahuan.

Semaraknya pengembangan ilmu dan pengetahuan di dunia Islam diindikasikan dengan banyaknya perpustakaan tersebar di kota-kota dan negeri-negeri Islam yang jumlahnya sangat fantastis. Sejarah mencatat, perpustakaan di Cordova pada abad 10 Masehi mempunyai 600.000 jilid buku. Perpustakaan Darul Hikmah di Cairo mempunyai 2.000.000 jilid buku. Perpustakaan Al Hakim di Andalusia mempunyai berbagai buku dalam 40 kamar yang setiap kamarnya berisi 18.000 jilid buku. Perpustakaan Abudal Daulah di Shiros (Iran Selatan) buku-bukunya memenuhi 360 kamar. Sementara ratusan tahun sesudahnya (abad 15 M), menurut catatan Catholik Encyclopedia, perpustakaan Gereja Canterbury yang merupakan perpustakaan dunia Barat yang paling kaya saat jumlah bukunya tidak melebihi 1.800 jilid buku.

Sejarah juga mencatat bahwa Uskup Agung Raymond di Spanyol mendirikan Badan Penterjemah di Todelo yang ditujukan guna menterjemahkan sebagian besar karangan sarjana-sarjana Muslim tentang ilmu pasti, astronomi, kimia, kedokteran, filsafat, dll, dimana waktu yang dibutuhkan untuk menterjemahkannya yaitu lebih dari satu setengah abad (1135-1284 M).

Dari pusat-pusat peradaban Islam yang meliputi Baghdad, Damaskus, Cordova, Sevilla, Granada dan Istanbul, telah memancarkan sinar gemerlap yang menerangi seluruh penjuru dunia terlebih Cordova, Sevilla, Granada yang merupakan bagian dari kekuasaan Islam di Spanyol telah banyak memberikan kontribusi besar terhadap tumbuh dan berkembangnya peradaban modern di dunia Barat.
PERIODE SETELAH DAULAT ABBASIYAH SAMPAI TUMBANGNYA KEKHILAFAHAN TURKI UTSMANI
Pada masa Khilafah Utsmani, para ahli sejarah sepakat bahwa zaman Khalifah Sulaiman Al-Qanuni (1520-1566 M) merupakan zaman kejayaan dan kebesaran yang pada masanya telah jauh meninggalkan negara-negara Eropa di bidang militer, sains dan politik.

Pasca berakhirnya keluasaan Daulat Abbasiyah, kepemimpinan Islam berlanjut dengan kepemimpinan Daulat Utsmaniyah. Daulat Utsmaniyah yang juga dikenal dengan sebutan Kesultanan atau Kekaisaran Turki Ottoman, didirikan oleh Bani Utsman, yang selama lebih dari enam abad kekuasaannya (1299 s.d. 1923) dipimpin oleh 36 orang sultan, sebelum akhirnya runtuh dan terpecah menjadi beberapa negara kecil.

Kesultanan ini menjadi pusat interaksi antar Barat dan Timur selama enam abad. Pada puncak kekuasaannya, Kesultanan Utsmaniyah terbagi menjadi 29 propinsi dengan Konstantinopel (sekarang Istambul) sebagai ibukotanya. Pada abad ke-16 dan ke-17, Kesultanan Usmaniyah menjadi salah satu kekuatan utama dunia dengan angkatan lautnya yang kuat. Kekuatan Kesultanan Usmaniyah terkikis secara perlahan-lahan pada abad ke-19, sampai akhirnya benar-benar runtuh pada abad 20. Musuh-musuh Islam membutuhkan waktu selama satu abad untuk melepaskan ikatan ideologi Islam dari tubuh umat Islam, yang pada akhirnya tanggal 3 Maret 1924 M yang bertepatan dengan tanggal 28 Rajab 1342 Hijriah, melalui Mustafa Kemal Attaturk yang merupakan agen Inggris dan anggota Freemasonry (sebuah organisasi Yahudi), membubarkan institusi Kekhilafahan Islam terakhir di Turki dan menggantikannya dengan Republik Turki. Maka, sejak saat itu ideologi Islam benar-benar terkubur ditandai dengan dihilangkannya institusi khilafah oleh majelis nasional Turki dan diusirnya Khalifah terakhir.
Hal ini dapat kita simak, bahwa puncak pencapaian penguasaan sains dan teknologi pada zaman kejayaan umat Islam masa lalu terkait erat dengan tegaknya sistem kekhilafahan, dimana adanya sistem komando yang terintegrasi secara global yang peranan secara politik sejalan dengan peranan agama. Kita juga mendapatkan gambaran dalam sejarah bahwa sosok para pemimpin terdahulu yang shaleh selain sebagai seorang negarawan yang handal dan mumpuni, juga sebagai seorang ‘ulama wara’ yang takut pada Rabb-nya, mencintai ilmu serta mencintai rakyatnya. Pada aspek ini kita bisa melihat adanya integrasi tiga pilar utama dalam pembentukan peradaban Islam yaitu agama, politik dan ilmu pengetahuan terpadu dalam satu kendali sistem kekhilafahan dibawah pimpinan seorang khalifah.

Keberlangsungan sistem kekhilafahan terutama sejak zaman Daulat Umayyah dan Daulat Abbasiyah walaupun bersifat khalifatul mulk (estapeta kepemimpinan didasarkan pada keturunan/dinasti) yang adakalanya dipimpin oleh orang shaleh dan sekali waktu dipimpin oleh orang zhalim dan durhaka, tetapi seburuk-buruk kondisi pada masa kehilafahan, masih jauh lebih baik daripada masa setelah tercerabutnya kehilafahan, karena pada masa kekhilafahan hukum Islam masih tegak dan ditaati oleh umat Islam, demikian juga adanya ketaatan terhadap berbagai fatwa para ‘ulama.

Segala hal yang baik dari para pendahulu umat Islam seyogiannya menjadi cerminan teladan bagi kita, sementara segala hal yang kurang baik, sejatinya dijadikan sebagai pelajaran yang sangat berharga.

Awal meredupnya peradaban Islam yang terjadi sejak abad ke-8 hijriah (abad 13 M) hingga abad ke-14 hijriah (abad 20 M) yang telah mengakibatkan proses peralihan dari peradaban Islam ke keradaban Barat yang ditandai dengan masa pencerahan di dunia Barat serta terjadinya penjajahan, penaklukan dan aneksasi terhadap negeri-negeri muslim oleh armada perang dari negara-negara Barat lebih disebabkan oleh melemahnya legitimasi politik dunia Islam karena peran kekhilafahan cenderung bersifat simbol serta hanya sebatas seremonial saja hingga tumbangnya sistem kekhilafahan di dunia Islam. Dari situlah kemudian dimulainya hegemoni dunia Barat terhadap dunia Islam.

Jadi, sesungguhnya faktor utama kekalahan dan melemahnya peran umat Islam bukanlah terletak pada kuatnya pihak musuh-musuh Islam, tetapi lebih disebabkan oleh melemahnya kekuatan umat Islam yang diakibatkan oleh perbuatan kemaksiatan yang dilakukan. Kemaksiatan terbesar terutama berupa sikap menyekutukan Alloh Swt (musyrik) dalam beribadah serta tidak memperdulikan lagi atas berbagai aturan (syari’at) yang diperintahkan-Nya.

Perbuatan maksiat yang dilakukan oleh umat Islam itulah yang telah dikhawatirkan oleh Umar bin Kaththabr.a. saat beliau menjadi Khalifah, hal ini sebagaimana dapat kita simak dari pesan tertulis beliau yang pernah disampaikannya kepada Sa’ad bin Abi Waqash ketika akan menghadapi sebuah pertempuran. Pada surat itu ditulis pesan sebagai berikut:

“Umar bin Kaththab ra. telah menulis sepucuk surat kepada Sa’ad bin Abi Waqash r.a.: ‘Sesungguhnya kami memerintahkan kepadamu dan kepada seluruh pasukan yang kamu pimpin, agar taqwa dalam segala keadaan, karena taqwa kepada Alloh merupakan seutama-utamanya persiapan dan strategi paling kuat dalam menghadapi pertempuran. Aku perintahkan pula kepadamu dan pasukan yang kamu pimpin agar benar-benar menjaga diri dari berbuat maksiat. Karena maksiat yang engkau perbuat pada saat berjuang lebih aku khawatirkan daripada kekuatan musuh, sebab engkau akan ditolong Alloh jika musuh-musuh Alloh telah berbuat banyak maksiat, karena jika tidak demikian kamu tidak akan punya kekuatan sebab jumlah kita tidaklah sebanyak jumlah pasukan mereka, dimana persiapan mereka berbeda dengan persiapan yang kita lakukan. Jika kita sama-sama berbuat maksiat sebagaimana yang dilakukan oleh musuh-musuh kita, maka kekuatan musuh akan semakin hebat. Sangatlah berat kita akan dapat mengalahkan musuh kita jika hanya mengandalkan pada kekuatan yang kita miliki, kecuali dengan mengandalkan ketaqwaan kita kepada Alloh dan senantiasa menjaga diri dari berbuat maksiat...” (Lihat : Kitab Al ‘Aqdul Farid jilid I, hlm. 101; Kitab Nihayatul Arab jilid VI, hlm. 168; Kitab Ikhbarul Umar wa Ikhbaru Abdullah bin Umar jilid I, hlm. 241-242; Kitab Ikbasu min Ikhbarul Khulafa Ar-Rosyidin hlm 779, serta buku Jihad tulisan Dr. Mahfudz Azzam, hlm. 28).
BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan

 Sejarah telah membuktikan bahwa kontribusi Islam pada kemajuan ilmu pengetahuan di dunia modern menjadi fakta sejarah yang tak terbantahkan.
 Melalui dunia Islam-lah mereka mendapat akses untuk mendalami dan mengembangkan ilmu pengetahuan modern
 Integrasi tiga pilar utama dalam pembentukan peradaban Islam yaitu agama, politik dan ilmu pengetahuan

B.Saran

 Umat Islam perlu kembali menggelorakan semangat keilmuan para ilmuwan muslim atas sumbangsihnya yang amat besar bagi peradaban umat manusia di dunia dalam menyongsong kembali kejayaan Islam dan umatnya.
 Segala hal yang baik dari para pendahulu umat Islam seyogiannya menjadi cerminan teladan bagi kita, sementara segala hal yang kurang baik, sejatinya dijadikan sebagai pelajaran yang sangat berharga.


DAFTAR PUSTAKA
1. Abu Khalil, Syauqi. Harun Al Rasyid, Pemimpin dan Raja yang Mulia. Jakarta: Pustaka Azzam, 2002.
2. Al-Sharqawi, Effat. Filsafat Kebudayaan Islam. Bandung: Penerbit Pustaka, 1986.
3. Enan, M.A. Decisive Moments in the History of Islam (Detik-detik Menentukan dalam Sejarah Islam). Alih Bahasa oleh Mahyuddin Syaf, Surabaya: Bina Ilmu, 1979.
4. Gibbon, Edward. The Decline and The Fall of Roman Impire, Abridged and Illustrated London. United Kingdom: Bison Books Ltd. 1979.
5. Gutas, Dimitri. Greek Thought, Arabic Culture, The Graeco-Arabic Translation Movement in Baghdad and Early Abbasid Society (2nd-4th/8th-10 centuries). Routledge, London-New York, 1998.
6. Muttaqo Al Hindi. Kitab ‘Muntakhob Kanzu’l-Ummal, Jilid VI.
7. Koentjaraningrat. Kebudayaan, Mentalitas dan Pembangunan. Jakarta: Gramedia, 1985.
Leaman, Oliver. Scientif and Philosophical Enquiry: Achievement and Reaction in Muslim History dalam Farhad Daftary (ed), Intellectual Traditions in Islam, I.B Tauris, London-New York in Association with The Institute of Ismaili Studies, 2000.
8. Leaman, Oliver. An Introduction to Medieval Islamic Philosophy, Cambridge: University Press, Cambridge, 1985.
9. Muhammad Ash-Shalabi, Ali. Bangkit & Runtuhnya Khilafah Utsmaniyah. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2004.
10. Nasution, Harun. Islam Ditinjau dari berbagai Aspeknya. Jilid I, cetakan kelima. Jakarta: UI Press, 1985.
11. Sou’yb, Joesoef. Sejarah Daulat Khulafaur Rasyidin. Jakarta: Bulan Bintang, 1979.
12. Sou’yb, Joesoef. Sejarah Daulat Umayyah. Jakarta: Bulan Bintang, 1977.
13. Sou’yb, Joesoef. Sejarah Daulat Abbasiah. Jakarta: Bulan Bintang, 1977.
14. Stryzewska, Bojena Gajane. Tarikh al-Daulat al-Islamiyah. Beirut: Al Maktab Al-Tijari, tanpa tahun.
15. Suyuthi, Imam. Tarikh Khulafa. Jakarta: Pustaka Al Kautsar, 2006.
16. Syalabi, A. Sejarah dan Kebudayaan Islam, Jilid I. Jakarta: Pustaka Alhusna, 1987, cet. V.
17. Watt, W. Montgomery. Kejayaan Islam: Kajian Kritis dari Tokoh Orientalis. Yogyakarta: Tiara Wicana Yogya, 1990.
18. Yatim, Badri. Sejarah Peradaban Islam, Dirasah Islamiyah II, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006.
19. Zarkasyi, Hamid Fahmy. Membangun Peradaban Islam. Makalah Workshop Pemikiran Ideologis, Forum Ukhuwwah Islamiyah, Daerah Istimewa Yogyakarta, 15 April 2007.
20. Zallum, Abdul Qadim. Konspirasi Barat Meruntuhkan Khilafah Islamiyah, Telaah Politik Menjelang Runtuhnya Negara Islam. Bangil: Al-Izzah, 2001.
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Kita ketahui bahwa sebenarnya sejak dulu teknologi sudah ada atau manusia sudah menggunakan teknologi. Seseorang menggunakan teknologi karena manusia berakal. Dengan akalnya manusia ingin keluar dari masalah, ingin hidup lebih baik, lebih aman dan sebagainya. Perkembangan teknologi terjadi karena seseorang menggunakan akalnya untuk menyelesaikan setiap masalah yang dihadapinya. ( 1 )
Pada satu sisi, perkembangan dunia IPTEK yang demikian mengagumkan itu memang telah membawa manfaat yang luar biasa bagi kemajuan peradaban umat manusia. Jenis-jenis pekerjaan yang sebelumnya menuntut kemampuan fisik yang cukup besar, kini relatif sudah bisa digantikan oleh perangkat mesin-mesin otomatis. Demikian juga ditemukannya formulasi-formulasi baru kapasitas komputer, seolah sudah mampu menggeser posisi kemampuan otak manusia dalam berbagai bidang ilmu dan aktivitas manusia. Kemajuan IPTEK benar-benar telah diakui dan dirasakan memberikan banyak kemudahan dan kenyamanan bagi kehidupan manusia. Oleh karena itu, dalam makalah ini, kami mencoba memberikan penjelasan tentang pengertian ilmu pengetahuan dan teknologi serta macam-macam ilmu pengetahuan dan teknologi yang mempunyai kontribusi pada teknologi, serta manfaat ilmu pengetahuan dan teknologi dalam perkembangan teknologi pendidikan.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian dari ilmu pengetahuan dan teknologi ?
2. Macam-macam ilmu pengetahuan dan teknologi yang mempunyai kontribusi pada teknologi.
3. manfaat ilmu pengetahuan dan teknologi dalam perkembangan teknologi pendidikan.
1. Abu Ahmadi dan A. Supatmo, Ilmu Alamiah Dasar, Jakarta : PT Rineka Cipta, 1998. Hal 113


BAB II
PEMBAHASAN
A.Pengertian ilmu pengetahuan dan teknologi.
Pengertian ilmu pengetahuan.
 Ilmu adalah seluruh usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan dalam alam manusia.Segi-segi ini dibatasi agar dihasilkan rumusan-rumusan yang pasti. Ilmu memberikan kepastian dengan membatasi lingkup pandangannya, dan kepastian ilmu-ilmu diperoleh dari keterbatasannya. ( 2 )
 Dan yang dimaksud ilmu dalam Al-Qur’an adalah rangkaian keterangan yang bersumber dari Allah.yang diberikan kepada manusia baik melalui rasu-Nya ataupun langsung kepada manusia yang menghendakinya tentang alam semesta sebagi ciptaan Allah yang bergantung menurut ketentuan dan kepastian-Nya. ( 3 )
 Pengetahuan adalah informasi atau maklumat yang diketahui atau disadari oleh seseorang. Pengetahuan termasuk, tetapi tidak dibatasi pada deskripsi, hipotesis, konsep, teori, prinsip dan prosedur yang secara Probabilitas Bayesian adalah benar atau berguna.
 pengetahuan adalah berbagai gejala yang ditemui dan diperoleh manusia melalui pengamatan inderawi. Pengetahuan muncul ketika seseorang menggunakan indera atau akal budinya untuk mengenali benda atau kejadian tertentu yang belum pernah dilihat atau dirasakan sebelumnya. Misalnya ketika seseorang mencicipi masakan yang baru dikenalnya, ia akan mendapatkan pengetahuan tentang bentuk, rasa, dan aroma masakan tersebut.

2. Prof. Dr. C.A. van Peursen: Filsafat Sebagai Seni Untuk Bertanya. Dikutip dari buku B. Arief Sidharta. Apakah Filsafat dan Filsafat Ilmu Itu?, Pustaka Sutra, Bandung 2008. Hal 7-11.
3. Dalam Surat Ar-Rahman ayat 1 dan 2

Cambridge-Dictionary 1995 : Ilmu Pengetahuan adalah kumpulan pengetahuan yang benar, mempunyai objek dan tujuan tertentu dengan sistim, metode untuk berkembang serta berlaku universal yang dapat diuji kebenarannya.
J. Haberer 1972 :Ilmu pengetahuan adalah : Suatu hasil aktivitas manusia yang merupakan kumpulan teori, metode dan praktek dan menjadi pranata dalam masyarakat.
Menurut Sutrisno Hadi, ilmu pengetahuan adalah kumpulan dari pengalaman-pengalaman dan pengetahuan-pengetahuan dari sejumlah orang-orang yang dipadukan secara harmonis dalam suatu bangunan yang teratur.
Sedangkan ilmu itu sendiri (yang berasal dari kata science) adalah rangkaian keterangan tentang sesuatu yang berasal dari pengamatan gejala-gejala alamiah (fenomena) melalui studi dan pengalaman yang disusun dalam sebuah sistem untuk menentukan hakekat dari yang dimaksud. Dari pengertian ini terlihat bahwa rasio lebih dominan.
Pengertian Teknologi

• Teknologi adalah satu ciri yang mendefinisikan hakikat manusia yaitu bagian dari sejarahnya meliputi keseluruhan sejarah.
• Teknologi, menurut Djoyohadikusumo (1994, 222) berkaitan erat dengan sains (science) dan perekayasaan (engineering). Dengan kata lain, teknologi mengandung dua dimensi, yaitu science dan engineering yang saling berkaitan satu sama lainnya. Sains mengacu pada pemahaman kita tentang dunia nyata sekitar kita, artinya mengenai ciri-ciri dasar pada dimensi ruang, tentang materi dan energi dalam interaksinya satu
terhadap lainnya. ( 4 )


4. Djoyohadikusumo (1994, 222) berkaitan erat dengan sains (science) dan perekayasaan (engineering).



B.Macam-macam ilmu pengetahuan dan teknologi yang mempunyai kontribusi pada teknologi.

 Pendidikan memungkinkan terjadinya penyebarluasan teknologi informasi dan transformasi ilmu pengetahuan bagi sektor-sektor pendidikan. Sementara economy dapat mendorong usaha kecil dan menengah pedesaan agar dapat mendapatkan nilai lebih, serta menggerakan roda perekonomian desa.
 Untuk e-education, kita sudah mengenal program Internet Goes to School, Community Access Point, e-Learning, Smart Campus dan generasi Baru Guru Indonesia, yang dilansir salah satu operator terbesar di Tanah Air. Bahkan untuk mempercepat penyebaran teknologi informasi ke wilayah-wilayah pedesaan. Internet dapat membuka peluang dan memberikan manfaat yang sangat banyak, termasuk dalam bidang keagamaan




C.Manfaat ilmu pengetahuan dan teknologi dalam perkembangan teknologi pendidikan
• Manfaat ilmu Kimia
– Dapat mengubah bahan alam menjadi sesuatu/produk/barang yang berguna untuk memenuhi dan membantu kehidupan manusia. Misalnya: sabun, mobil, pakaian, tumbuhan, enzim dan lain-lain.
– Manusia jadi mengetahui dan memahami kebutuhannya.
• Manfaat ilmu Kedokteran
– Manusia dapat memelihara dan menjaga kesehatannya.
– Manusia dapat menganalisis gejala penyakit yang menyerangnya.
– Manusia dapat meningkatkan kualitas hidupnya baik secara fisik maupun mental.
• Manfaat ilmu Astronomi
– Manusia jadi mengetahui pergerakan, penyebaran, dan karakteristik benda-benda langit.
– Manusia dapat menentukan awal bulan Puasa dan hari Lebaran.
• Manfaat ilmu Sosiologi
– Dalam bidang pembangunan, sosiologi bermanfaat untuk memberikan data-data sosial pada tahap perencanaan, pelaksanaan, maupun proses evaluasi pembangunan.
– Manusia dapat mengetahui cara berinteraksi dengan yang lainnya, baik dalam kolompok kecil maupun kelompok besar.
• Manfaat ilmu Geografi
– Manusia mengetahui tentang perubahan iklim. Pengetahuan ini membantu manusia dalam bercocok tanam, bepergian, dan memelihara kesehatan.
– Manusia megetahui tentang lapisan-lapisan atmosfer dan dampaknya bagi kehidupan dan aktivitas sehari-hari manusia


 Manfaat ilmu Arsitektur
 Manusia dapat membangun tempat tinggalnya (rumah) menjadi lebih indah, aman, dan nyaman sesuai dengan kondisi alam sekitarnya, serta membuat fungsi-fungsi ruang yang optimal.
 Manfaat ilmu Sejarah
 Manusia mengetahui kehidupan di masa lampau. Manusia dapat belajar dari pengalaman-pengalaman, barang-barang yang dihasilkan, dan cara hidup mereka.
 Manfaat ilmu Fisika
 Manusia dapat memanfaatkan energi yang ada di alam semesta.
 Di bidang fotografi, manusia dapat memotret berbagai kehidupan dengan kamera.
 Manusia dapat menghitung energi yang dikeluarkan dan yang masuk dalam berbagai aktivitas.
 Manfaat ilmu Matematika
 Digunakan dalam bidang sains dan teknik.
 Untuk penelitian masalah tingkah laku manusia.
 Membantu manusia dalam berdagang dan bidang perekonomian
 1) Manfaat Teknologi Terhadap Kebutuhan Pokok Manusia.
# Pangan (makanan)
-Ditemukannya bibit unggul yang dalam waktu singkat dapat diproduksi berlipat ganda.
-Digunakannya mekanisasi pertanian untuk memungut hasil produksi sehingga hasilnya lebih besar bila dibandingkan dengan menggunakan tenaga manusia.
# Sandang (pakaian)
-Adanya mesin tekstil mempercepat proses pembuatan pakaian.
-Dengan kemajuan teknologi, telah ditemukan serat sintetis, seperti poliester, polipropelin, polietilin, dll, sehingga pembuatan tekstil dapat dilakukan secara besar-besaran dalam waktu yang singkat.
# Papan (Tempat Tinggal)
-Dengan menerapkan teknologi maju, manusia mampu membangun rumah dan gedung-gedung pencakar langit. Orang tidak lagi menggunakan tangga, tetapi cukup dengan menekan tombol dan dalam sekejap saja orang sudah sampai di lantai yang dituju. Sampai abad ini manusia berusaha memanfaatkan lautan dan antariksa sebesar-besarnya melalui pulau-pulau buatan disertai peternakan dan perkebunan laut.
• 2) Manfaat Terhadap Pendayagunaan SDA
a) Perkembangan teknologi dapat dimanfaatkan untuk menaikkan kuantitas suatu produk.
- Dalam bidang pertanian
Dengan teknologi material dapat ditentukan jenis tanah suatu lahan, kandungan unsur-unsur yang diperlukan oleh tanaman sehingga dapat ditentukan pupuk yang paling tepat
- Dalam bidang Industri
Kita ambil contoh industri pengolahan minyak kelapa sawit. Penggunaan teknologi maju dapat mengurangi banyaknya minyak yang menguap dan jumlah minyak yang tertinggal pada ampas. Kemajuan teknologi akan meningkatkan kemampuan produktivitas dunia industri baik dari aspek teknologi industri maupun pada aspek jenis produksi
b) Perkembangan teknologi dapat menaikan kualitas / mutu produksi, misalnya pada pengolahan minyak bumi, yang semula kita mengenal bensin, sekarang kita mengenal premium.
c) Pengolahan SDA yang efektif dan efisien dapat menambah ragam produksi, misalnya ketela pohon selain dapat dibuat gaplek juga dapat dibuat gula cair
 3) Manfaat Teknologi Terhadap SDM.
a) Perkembangan teknologi dapat mendorong manusia untuk mendayagunakan SDA secara lebih efektif dan efisien. Manusia dapat menguah sistem transportasi dan komunikasi sehingga memudahkan semua kegiatan
 4) Manfaat Terhadap Komunikasi dan Transportasi.
a) Komunikasi
- Dengan teknologi modern, manusia dapat menciptakan telegram (pertengahan abad ke 20) yang dapat dipakai untuk menyampaikan pesan sampai ribuan km dalam waktu beberapa menit saja.
 b) Transportasi
-Sebelum adanya perkembangan teknologi, transportasi dilakukan dengan jalan kaki, berkuda, kereta lembu, kereta kuda, atau unta untuk dipandang pasir. Namun setelah teknologi berkembang, orang dapat membuat sarana dan prasarana transportasi. Untuk transportasi di darat, misalnya sepeda motor, mobil, bus, truk, kereta api, jembatan dengan kekuatan tertentu sesuai dengan kebutuhan kendaraan yang boleh melewatinya. Untuk transportasi laut dibuat kapal laut, untuk transportasi udara diciptakan industri pesawat terbang dengan kecepatan lebih besar dari kecepatan suara. Pesawat yang menggunakan teknologi tinggi, misalnya pesawat Concorde 602 (pesawat terbang transportasi supersonik) yang mempunyai kecepatan 1400 mil/jam. Dengan pesawat Concorde 602, jarak London – New York dapat ditempuh dalam waktu ± 3 1/2 jam. ( 5 )
 5) Manfaat Teknologi Terhadap Peningkatan Kesehatan.
a. Meningkatkan Ilmu dan Fasilitas di Bidang Kedokteran.
b. Meningkatkan Teknologi Obat-Obatan
 6) Manfaat Teknologi di Bidang Pendidikan
a) Munculnya media massa, khususnya media elektronik sebagai sumber ilmu dan pusat pendidikan.
b) Munculnya metode-metode pembelajaran yang baru, yang memudahkan siswa dan guru dalam proses pembelajaran.
7) Manfaat Teknologi Terhadap Pencapaian Kemakmuran
a) Mendatangkan kemakmuran materi
Perkembangan teknologi melahirkan cabang ilmu pengetahuan baru antara lain :
1) Teknik modern yang terdiri atas :
- Teknik Kimia Teknik nuklir.

-Teknik mekanik Teknik penerbangan



5. AsianBrain.com Content Team


BAB III
PENUTUP
A.KESIMPULAN
 Ilmu Pengetahuan adalah kumpulan pengetahuan yang benar, mempunyai objek dan tujuan tertentu dengan sistim, metode untuk berkembang serta berlaku universal yang dapat diuji kebenarannya
 Teknologi, menurut Djoyohadikusumo (1994, 222) berkaitan erat dengan sains (science) dan perekayasaan (engineering). Dengan kata lain, teknologi mengandung dua dimensi, yaitu science dan engineering yang saling berkaitan satu sama lainnya. Sains mengacu pada pemahaman kita tentang dunia nyata sekitar kita, artinya mengenai ciri-ciri dasar pada dimensi ruang, tentang materi dan energi dalam interaksinya satu terhadap lainnya.
 Pendidikan memungkinkan terjadinya penyebarluasan teknologi informasi dan transformasi ilmu pengetahuan bagi sektor-sektor pendidikan. Sementara economy dapat mendorong usaha kecil dan menengah pedesaan agar dapat mendapatkan nilai lebih, serta menggerakan roda perekonomian desa
 Manfaat Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
• Dapat mengubah bahan alam menjadi sesuatu/produk/barang yang berguna untuk memenuhi dan membantu kehidupan manusia. Misalnya: sabun, mobil, pakaian, tumbuhan, enzim dan lain-lain.
• Munculnya metode-metode pembelajaran yang baru, yang memudahkan siswa dan guru dalam proses pembelajaran
• Mendatangkan kemakmuran materi
B. SARAN
 Manfaatkan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dengan sebaik-baiknya.
 Serta jaga dan kembangkanlah Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.



DAFTAR PUSTAKA

Abu Ahmadi dan A. Supatmo, Ilmu Alamiah DasarJakarta : PT Rineka Cipta, 1998. Hal 113
AsianBrain.com Content Team
Dalam Surat Ar-Rahman ayat 1 dan 2
Djoyohadikusumo (1994, 222) berkaitan erat dengan sains (science) dan perekayasaan (engineering).
Prof. Dr. C.A. van Peursen: Filsafat Sebagai Seni Untuk Bertanya. Dikutip dari buku B. Arief Sidharta. Apakah Filsafat dan Filsafat Ilmu Itu?, Pustaka Sutra, Bandung 2008. Hal 7-11.

metodologi studi islam

AL-ISLAM

A. Pengertian Islam

Secara etimologis islam berasal dari kata aslama yang berarti “menyerahkan diri”. Secara subtansial kata islam mengandung tiga dimensi dasar, yaitu Iman, Islam, Ihsan. Di dalam hadis lain Islam juga berarti syahadat, yaitu suatu bentuk penyaksian diri bahwa tiada Tuhan selain Allah, dan Muhammad adalah utusan-Nya, dan juga melaksanakan rukun islam lainnya.

Di dalam al-Qur’an kata Islam memiliki beragam kata jadiannya, yaitu dalam QS. Al-Maidah ayat 3:

الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا

Artinya :

Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku cukupkan padamu nikmatKu, dan telah Ku ridhoi islam itu jadi agama bagimu.

Disebutkan pula dalam QS al-Jin ayat 14:

وَأَنَّا مِنَّا الْمُسْلِمُونَ وَمِنَّا الْقَاسِطُونَ فَمَنْ أَسْلَمَ فَأُوْلَئِكَ

تَحَرَّوْا رَشَداً

Artinya :

Dan sesungguhnya diantara kami ada orang-orang yang ta’at dan ada pula orang-orang yang menyimpang dari kebenaran, barang siapa yang ta’at, mereka itu benar-benar telah memilih jalan yang benar.

Dari ayat tersebut diatas kata Aslama merupakan kata kerja dari Islam bermakna “menyerahkan diri dengan penuh ketulusan hati”

Dari ungkapan ayat-ayat diatas menunjukkan sikap pasrah dalam islam adalah suatu komitmen dasar yang menjadi titik temu semua agama yang telah hadir di muka bumi ini sesuai dengan tuntutan Illahi. Dari itu Allah mengutus para Nabi dan Rasul untuk menyampaikan kebenaran kepada umatnya di sepanjang masa.( 1 )

Dalam pengertian umum, Islam dipandang sebagai nama sebuah agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW., sebagai lembaga agama (organized religion) yang formal dan mapan atau istilah dalam al-Qur’an disebut al-Din, meskipun juga bisa dipahami sebagai jalan kepatuhan yang benar(the true part of obedience).

Menurut Prof. Dawam Raharjo mengatakan bahwa islam dalam wujudnya memiliki dua bentuk. Pertama, Islam sebagai sistem keagamaan yang bersifat transendental yang ideal. Yaitu sebagaimana tertuang dalam berbagai ilmu keislaman yang merupakan hasil interpretasi atau pemehaman secara kontekstual para ulama terhadap al-Qur’an dan keteledanan Rasulullah SAW.. Kedua, Islam yang tercermin dalam realitas sejarah kebudayaan, peradaban dan masyarakat muslim.

1Drs.H.Saifuddin Bachri,M.Ag,2010,Metodologi Srudi Islam

B. Sumber Agama Islam.

1.AlQuran
a.Pengertian AlQuran
Sebagaimana telah disinggung sebelum ini tentang sumber dalil dalam hukum Islam, maka Al Quran merupakan sumber utama dalam pembinaan hukum Islam.
Al Quran yang berasal dari kata qara’a yang dapat diartikan dengan membaca, namun yang dimaksud dengan Al Qura dalam uraian ini ialah,”kalamullah yang diturunkan berperantakan ruhul amin kepada Nabi Muhammad saw dalam bahasa arab, agar menjadi hujjah bagi Rasul bahwa ia adalah utusan Allah dan agar menjadi pelajaran bagi orang yang mengikuti petunjuknya. Menjadi ibadah bagi siapa yang membacanya, ia ditulis di atas lembaran mushaf, dimulai dengan surah Al Fatihah dan di akhiri dengan surah An Naas. Yang disampaikan kepada kita secara mutawatir, baik melalui tulisan atau bacaan dari satu generai ke generasi berikutnya. Dan terpelihara dari perubahan dan pergantian .( 2 )
Sebagaimana telah disebutkan bahwa sedikitpun tidak ada keraguan atas kebenaran dan kepastian isi Al Quran itu, dengan kata lain Al Quran itu benar-benar datang dari Allah. Oleh karena itu hukum-hukum yang terkandung di dalam Al Quran merupakan aturan-aturan yang wajib diikuti oleh manusia sepanjang masa. Ada beberapa nama lain Al-Quran yang masing-masing menunjukkan fungsinya yaitu : 1)Al-Quran, yang berarti bacaan yang harus dibaca 2)Al-Furqan,pembeda antara yang baik dan yang buruk yang benar dan yang salah,3)Al-Kitab,berupa tulisan atau yang ditulis,4)Al-Dikr,berisi peringatan dari Allah SWT,5)At-Tibyan,merupakan penjelasan dari Allah atas segala sesuatu,6)Asy-Syifa’ ,yang berarti obat penawar hati.Banyak ayat-ayat yang menerangkan bahwa Al Quran itu benar-benar datang dari Allah.
Dalam surah An Nisa ayat 10 yang artinya, “Sesungguhnya telah kami turunkan kepada engkau (Muhammad) kitab Al Quran dengan membawa kebenaran”. Surah An Nahl ayat 89, “Dan telah kami turunkan kepada engkau (Muhammad) kitab Al Quran untuk menjelaskan segala sesuatu dan ia merupakan petunjuk, rahmat serta pembawa kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri”. Dan masih banyak lagi ayat-ayat Quran yang menerangkan bahwa Al Quran itu benar-benar datang dari Allah.

2. Abdullah, sulaiman. 1995. Sumber Hukum Islam. Jambi : Sinar Grafika


Polok-pokok ajaran akidah dan syari’ah yang diajarkan kepada semua Nabi dan Rasul adalah sama.Hal ini dibuktikan dengan firman Allah surat asy-Syura ayat 13 berikut:

شَرَعَ لَكُم مِّنَ الدِّينِ مَا وَصَّى بِهِ نُوحاً وَالَّذِي أَوْحَيْنَا

إِلَيْكَ وَمَا وَصَّيْنَا بِهِ إِبْرَاهِيمَ وَمُوسَى وَعِيسَى أَنْ أَقِيمُوا الدِّينَ

وَلَا تَتَفَرَّقُوا فِيهِ كَبُرَ عَلَى الْمُشْرِكِينَ مَا تَدْعُوهُمْ إِلَيْهِ اللَّهُ

يَجْتَبِي إِلَيْهِ مَن يَشَاءُ وَيَهْدِي إِلَيْهِ مَن يُنِيبُ

“Dia telah mensyari'atkan bagi kamu tentang agama apa yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa yaitu: Tegakkanlah agama dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya. Amat berat bagi orang-orang musyrik agama yang kamu seru mereka kepadanya. Allah menarik kepada agama itu orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada (agama)-Nya orang yang kembali (kepada-Nya).”

Meskipun inti dari syari’at yang dibawa oleh para Nabi dan Rasul sepanjang sejarah umat manusia adalah sama,namun perincian dan cara pelaksanaan masing-masing adalah berbeda.Perbedaan ini adalah dalam rangka penyesuaian terhadap situasi dan kondisi yang berbeda,karena apa yang menjadi masalah dalam kondisi dan situasi yang lain.Yang sesuai dengan firman Allah dalam surat Al-Maiddah ayat 48.

AL-Quran merupakan kitab yang terakhir diturunkan kepada umat manusia di bumi.Oleh karena itu Al-Quran tidak lain adalah merupakan respon terhadap kondisi dan situasi yang ada terjadi dalam kehidupan manusia,karena apa yang ada dalam kitab-kitab suci lain telah tidak sesua lagi dengan konteks ruang dan waktu di mana Al-Quran diturunkan.

Al-Quran adalah kitab yang dijamin oleh Allah dari kemungkinan terjadinya perubahan baik dalam bentuk pengurangan maupun penambahan.Dan Dia akan senantiasa memelihara dan melestarikannya.Hal ini terungkap dalam ayat Al-Quran :

قَالَ هَذَا صِرَاطٌ عَلَيَّ

مُسْتَقِيمٌ

Allah berfirman: "Ini adalah jalan yang lurus, kewajiban Aku-lah (menjaganya) [800]. [800]. Maksudnya pemberian taufiq dari Allah s. w. t. untuk mentaati-Nya, sehingga seseorang terlepas dari tipu daya syaitan mengikuti jalan yang lurus yang dijaga Allah SWT. Jadi sesat atau tidaknya seseorang adalah Allah yang menentukan.

Demikian kedudukan Al-Quran di antara kitab-kitab sebelumnya dan berbagai keistimewaan serta kemukjizatan yang dimilikinya,tidak dapat disangkal lagi keberadaannya akan senantiasa lestari dan menjadi rahmad bagi seluruh alam semesta.

2. As-Sunnah.

As-sunnah berasal dari kat sanna yang berarti jalan baik maupun tercela. Denagan kata lain adalah tingkah laku yang dicontoh. Ada hadis Nabi yang menyatakan : “barang siapa membuat sunnah yang terpuji maka baginya pahala sunnah itu dan pahala orang lain yang mengamalkannya, dan barang siapa menciptakan sunnsh yang buruk maka padanya dosa sunnah buruk itu dan dosa orang yang mengamalkannyasampai hari kiamat.” (H.R Muslim).

Al-Mundzir bin Jarir menceritakan dari ayahnya Jarir bin Abdillah Radhiallahu’anhu, bahwasanya Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam pernah bersabda:

مَنْ سَنَّ فِي اْلإِسْلاَمِ سُنَّةً حَسَنَةً فَلَهُ أَجْرُهَا وَأَجْرُ مَنْ عَمِلَ بِهَا بَعْدَهُ، مِنْ غَيْرِ أَنْ يَنْقُصَ مِنْ أُجُوْرِهِمْ شَيْءٌ. ومَنْ سَنَّ فِي اْلإِسْلاَمِ سُنَّةً سَيِّئَةً كَانَ عَلَيْهِ وِزْرُهَا وَوِزْرُ مَنْ عَمِلَ بِهَا مِنْ بَعْدِهِ مِنْ غَيْرِ أَنْ يَنْقُصَ مِنْ أَوْزَارِهِمْ شَيْءٌ

“Siapa yang melakukan satu sunnah hasanah dalam Islam, maka ia mendapatkan pahalanya dan pahala orang-orang yang mengamalkan sunnah tersebut setelahnya tanpa mengurangi pahala-pahala mereka sedikitpun. Dan siapa yang melakukan satu sunnah sayyiah dalam

Islam, maka ia mendapatkan dosanya dan dosa orang-orang yang mengamalkan sunnah tersebut setelahnya tanpa mengurangi dosa-dosa mereka sedikitpun.” (3)

Menurut ulama ahli Hadis,Sunnah didefinisikan sebagai sesuatu yang didapat dari Nabi Muhammad yang terdiri dari sabda,perbuatan, oerbuatan, persetujuan, sifat fisik, atau budi pekerti, atau biografi, baik dari masa sebelum kenabian maupun sesudahnya.

As-Sunnah menurut istilah ulama ushul fiqih ialah segala sesuatu yang bersumber dari Nabi Muhammad yang diambil dari perbuatan, perkataan, taqrir (penetapan) yang baik untuk menjadi dalil bagi hukum syarâi, berdasakan hadis Nabi Muhammad: “Hendaknya kamu mengikuti sunnahku dan khulafa’urrasyidin sesudahku.

As-Sunnah menurut ulama Salaf adalah petunjuk yang dilaksanakan oleh
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para Shahabatnya, baik tentang
ilmu, i’tiqaad (keyakinan), perkataan maupun parbuatannya.

Ulama ushul fiqih membahas dari segala yang disyari’atkan kepada manusia
sebagai undang-undang kehidupan dan meletakkan kaidah-kaidah bagi
perundang-undangan tersebut.

Berbeda dengan pengertian diatas, menurut ahli fiqih sunnah berarti salah satu hukum islam selain wajib, haram, makruh, dan mubah. Di lain pihak ada yang memberi pengertian sunnah sebagai lawan dari bid’ah.

Yang menjadi penyebab perbedaan diantara para ulama di sins adalah karena perbedaan tujuan mereka dalam menggunakan istilah sunnah sesuai dengan disiplin ilmu yang dikembangkanya. Adpun dalam peristilahansunnah disni yang lebih mendekati pembahash kita dalam hal ini adlah sunnah dalam pengertian para ahli ushul (ushuliyyun) yaitu sunnah dalam peranannya sebagai sumber dasar hukum islam (hujjah) dan kedudukannya dalammenetapkan syari’ah.

3. Al Manhaj As Salafus Shalih, Hidupkan Sunnah

3 . Ijtihad.

Menurut bahasa, ijtihad berarti (bahasa Arab اجتهاد) Al-jahd atau al-juhd yang berarti la-masyaqat (kesulitan dan kesusahan) dan akth-thaqat (kesanggupan dan kemampuan).Dan secara harfiah ijtihad berarti upaya seseorang untuk melakukan sesuatu pekerjaan secara giat.

Cara berijtihad :

Ø Individu : Biasanya dilakukan oleh para ulama dalam memutuskan atau menjawab suatu persoalan (ijtihad fardli).

Ø Bersama-sama (ijma’) : ijtihad yang dilakukan oleh para ulama secara bersama-sama.

Dasar yang membolehkan atau disahkannya ijtihad sebagai sunber hukun syar’i yaitu Hadist Nabi yang diriwayatkan atas dasar percakapan Mu’adz bin jabal dengan Rosulullah tentang standar yang akan digunakan dalam memutuskan masalah yaitu melalui 3 dasar yaitu :

Ø Al-Quran

Ø Al-Hadits

Ø Ijtihad

Persoalan mendasar yang seringkali muncul dalam kaitannya dengan ijtihad adalah pemahaman kita tentang Al-Quran dimana kitab yang paling sempurna yang akan memberikan jawaban terhadap persoalan-persoalan umat manusia.

Fungsi ijtihad ialah untuk menetapkan hukum sesuatu , yang tidak ditemukan dalil hukumnya secara pasti di dalam A-lqur’an dan hadits .( 4 )
Oleh karenanya yang mungkin melakukan ijtihad ini adalah mereka yang mampu untuk dapat melakukannya secara metodologis dan ilmiah.

4. Alim, Muhammad, (2006), Pendidikan Agama Islam Upaya Pembentukan Pemikiran dan Kepribadian Muslim, Remaja Rosdakarya, Bandung

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, sulaiman. 1995. Sumber Hukum Islam. Jambi : Sinar Grafika

Alim, Muhammad, (2006), Pendidikan Agama Islam Upaya Pembentukan Pemikiran dan

Kepribadian Muslim, Remaja Rosdakarya, Bandung

Al Manhaj As Salafus Shalih, Hidupkan Sunnah

Drs.H.Saifuddin Bachri,M.Ag,2010,Metodologi Srudi Islam