Nama :
Agustina Panca Khoiroh
NIM :
229005
Faklts/Semstr :
Tarbiyah VIII A
Tugas
Mata Kuliah : Filsafat Ilmu
Dosen
Pengampu :
SOAL
:
1. Apa
yang saudara mengerti tentang filsafat ilmu! Uraikan secara detail ?
2. Buatlah
keterangan tentang terapan epistimologi terhadap pendidikan agama Islam!
Terangkan sejelas-jelasnya ?
JAWABAN
:
1. Filsafat
ilmu :
Filsafat berasal dari bahasa
Yunani, philosophia dan philoshophos. Menurut bentuk kata, philosophia diambil dari kata philos dan shopia atau philos dan sophos. Philos berarti cinta dan shopia
atau shopos berarti kebijaksanaan,
pengetahuan, dan hikmah.
Ilmu berasal dari bahasa Arab, ‘alama. Arti dasar dari kata ini adalah
pengetahuan. Penggunaan kata ilmu dalam proposisi bahasa Indonesia sering
disejajarkan dengan kata science
dalam bahasa Inggris. Kata science
itu sendiri memang bukan bahasa Asli Inggris, tetapi merupakan serapan dari
bahasa Latin, Scio, scire yang arti
dasarnya pengetahuan. Ada juga yang menyebutkan bahwa science berasal dari kata scientia
yang berarti pengetahuan. Scientia
bersumber dari bahasa Latin Scire yang
artinya mengetahui.
Menurut The Liang Gie, filsafat ilmu adalah segenap pemikiran terhadap
persoalan mengenai segala hal yang menyangkut landasan ilmu maupun hubungan
ilmu dengan segala segi dari kehidupan manusia.
Jadi yang dimaksud dengan filsafat ilmu adalah penyelidikan
tentang ciri-ciri pengetahuan ilmiah dan cara untuk memperolehnya. Pokok
perhatian filsafat ilmu adalah theory of
science (teori ilmu), metascience
(adi-ilmu), dan science of science
(ilmu tentang ilmu).
Dimana
menurut Prof.Dr.Conny R. Semiawan dkk untuk menetapkan dasar pemahaman tentang
filsafat ilmu yaitu :
a. Pandangan
yang menyebutkan bahwa filsafat ilmu adalah world
views yang berkonsisten dengan beberapa pengertian yang didasarkan atas
teori-teori ilmiah yang penting. Dimana dalam pandangan ini, filsafat ilmu
ditugaskan untuk mengelaborasikan implikasi yang lebih luas dari ilmu.
b. Pandangan
yang mengemukakan bahwa filsafat ilmu adalah suatu eksposisi dari presupposition dan presdiposition dari para ilmuan. Dimana dalam pandangan ini
filsafat ilmu cenderung mengasimilasikan dengan sosiologi.
c. Pandangan
yang mengemukakan bahwa filsafat ilmu adalah suatu disiplin yang di dalamnya
konsep dan teori tentang ilmu dianalisis dan diklasifikasikan. Dimana dalam
pandangan ini filsafat ilmu memberikan kejelasan tentang makna dari berbagai
konsep seperti partikel, gelombang, potensial, dan komplek di dalam pemanfaatan
ilmiah.
d. Pandangan
yang menyebutkan bahwa filsafat ilmu merupakan suatu patokan tingkat kedua,
dalam pandangan ini filsafat ilmu menuntut suatu jawaban terhadap pertanyaan
dimana pertanyaan-pertanyaan tersebut terdapat perbedaan yang dapat dirumuskan
antara doing science dan thingking tentang bagaimana ilmu harus
dilakukan.
2. Terapan
epistimologi terhadap pendidikan agama Islam :
Istilah
epistemologi pertama kali dipakai oleh L.F Ferier pada abad ke-19 di Institut
of Metaphisics (1854). Dalam Encyclopedia
of Philosophy, epistemologi didifenisikan sebagai cabang filsafat yang bersangkutan
dengan sifat dasar dari ruang lingkup pengetahuan dan dasar-dasarnya serta
realitas umum dari tuntutan pengetahuan sebenarnya. Epistemologi ini adalah
nama lain dari logika materiil atau logika mayor yang membahas dari isi pikiran
manusia, yakni pengetahuan (Dardini, 1986:18).
Epistimologi
sendiri berasal dari bahasa Yunani, episteme
dan logos. Episteme biasa diartikan pengetahuan atau kebenaran, dan logos diartikan pikiran, kata, atau
teori. Epistimologi secara etimologi dapat diartikan teori pengetahuan yang
benar dan lazimnya hanya disebut teori pengetahuan yang dalam bahasa Inggrisnya
menajadi theory of knowledge.
Mengenai terapan epistimologi terhadap pendidikan
agama Islam terlebih dahulu kita harus mengetahui tentang anatomi dari
pendidikan agama Islam itu sendiri. Dimana anatomi dari pendidikan agama Islam
berisi tentang asas-asas pendidikan agama Islam atau tujuan dari pendidikan
agama islam.
Epistemologi
diperlukan dalam pendidikan antara lain dalam hubungannya dengan penyusunan
dasar kurikulum. Pengetahuan apa yang harus diberikan pada anak didik,
diajarkan di sekolah dan bagaimana cara memperoleh pengetahuan dan cara
menyempaikannya seperti apa? Semua itu adalah epistemologinya pendidikan.
Lahirnya KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi) adalah salah satu usaha baik dari
pemerintah untuk memperbaiki kualitas pendidikan di Indonesia. Baik dari segi
kognitif, afektif, dan psikomotor. Di mana pendidikan yang sebelumnya lebih
mengarahkan siswa pada aspek kognitif saja.
Akan
tetapi apa aplikasinya? Munculnya KBK justru membuat kebingungan tersendiri di
kalangan para pengajar. Pada peserta didik sebagai subyek pendidikan, mereka
menjadi “korban” dari KBK ini. Kejenuhan, kebosanan, merasa tidak ada waktu
untuk bermain merupakan reson dari akibat peserta didik yang merasakan
kurikulum ini. Pada kenyataannya siswa juga tidak jauh berbeda dengan penerapan
kurikulum-kurikulum sebelumnya. Aspek kognitif yang ditekankan. Secara
konseptual, KBK memang diakui bagus. Akan tetapi dalam tataran aplikasi? Masih
sangat jauh sekali.
Melihat
kondisi ini, dilihat dari sudut epistemologi adalah seharusnya pengetahuan
apa yang harus diberikan kepada anak didik?. Hal ini tentu terkait dengan
pengetahuan kita akan kebutuhan yang diperlukan anak didik. Harus mengetahui dan
memahami berbagai kemampuan atau kelebihan atau kecerdasan yang dimiliki anak.
tidak bisa semua siswa diberlakukan sama. Sebagai contoh perlakuan antara siswa
yang memiliki kemampuan intelektualitas tinggi dengan yang standart.
Bagi
mereka siswa yang memiliki kemampuan intelektual di atas rata-rata justru akan
memilih keluar atau tidur daripada mendengarkan guru mengajar karena merasa
bosan, ketika guru memberikan materi yang sebenarnya levelnya disampaikan
kepada mereka yang memiliki intelektualitas rata-rata. Mereka harus
difasilitasi dengan sesuatu yang lebih. Adanya kelas akselerasi yang
notebenennya usaha untuk memfasilitasi anak-anak yag seperti ini teryata menuai
pro kontra tersendiri pada beberapa kalangan. Adanya aspek kesenjangan sosial
dan adanya pembedaan-pembedaan menyebabkan kontranya sistem ini.
Bagaimana cara memperoleh pengetahuan? Pada dunia pendidikan cara
memperoleh pengetahuan yang sesuai dengan kebutuhan justru pada sekolah-sekolah
swasta yang pada dasarnya tidak ingin tergantung pada kapitalisme semata.
Mereka mendidik anak-anak dengan mengembangkan potensi yang ada dengan harapan
anak-anak bisa berkembangan secara maksimal. Cara tradisional, guru dianggap
sebagai pusat segala-galanya. Guru yang paling pandai dan gudang ilmu. Siswa adalah
penerima. Cara model sekarang, banyak diantaranya mengembangkan metode active
learning untuk memacu kreativitas dan daya inisiatif siswa. Guru hanya
sebagai fasiltator saja. Guru mengarahkan siswa. Siswa dapat memperolehnya
melalui diskusi, problem based learning (PBL), pergi ke perpustakaan,
belajar dengan e-learning (internet), membaca dan sebagainya. Cara-cara seperti
ini akan memacu potensi siswa daripada siswa diperlakukan hanya sebagai objek
yag pasif saja.
Bagaimana
cara menyampaikannya?. Pertanyaan ini terkait dengan kompetensi guru serta
metode atau gaya pengajaran yang mereka terapkan. Sebenarnya jaman sekarang ini
model ceramah yang bersifat pasif sudahbukan jamannya lagi. Akan tetapi
dibeberapa sekolah atau bahkan Pergurun Tinggi sendiri masih memberlakukan
sistem pengajaran seperti ini. Salah seorang mahasiswi Unair di sebuah fakultas
mengeluh karena ternyata masih ada dosennya yang mengajar dengan cara
konvensional seperti ini. Cara penyampaian cukup mempengaruhi motivasi siswa
dalam belajar. Salah satu contoh SD Kreatif. SD ini memberikan pengajaran yang
unik. Kadang guru memberikan pendidikan dengan outbound, dengan bentuk dongeng
atau cerita, atau dengan memberikan pesan moral dan mengajak untuk berpikir
rasional (rasional thinking).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar